Skip to main content

Batik adalah mahakarya seni budaya Indonesia yang telah diakui dunia. Sebagai anak bangsa, sudah sewajarnya kita memikul tanggung jawab untuk menjaga dan melestarikan warisan ini. Menyadari pentingnya pelestarian budaya, Pusaka Indonesia melalui Bidang Seni Budaya—khususnya Subbidang Wastra—secara rutin mengadakan Talkshow Wastra.

Dalam Obrolan Komunitas RRI Pro 1 Jakarta, Jumat 13 April 2025 lalu, salah satu narasumber talkshow, Sri Sintasari Iskandar (akrab disapa Neneng), berbagi pengetahuan tentang salah satu tema yang diangkat dalam talkshow wastra, yakni “Pengetahuan Dasar Membatik, Ragam Dasar, dan Filosofinya.” 

Makna Luhur dalam Proses Membatik

Batik bukan sekadar motif indah di atas kain, melainkan karya yang sarat makna dan doa. Dalam proses membatik, para perajin menorehkan malam sambil menyisipkan harapan baik bagi siapa pun yang kelak mengenakannya. Dalam budaya Jawa, batik menyertai seluruh fase kehidupan: dari kelahiran, pernikahan, sakit, hingga kematian.

Misalnya, batik motif Sidomukti, Sidoluhur, atau Sidoasih kerap dipakai dalam pernikahan sebagai simbol harapan rumah tangga yang harmonis. Motif tambal digunakan untuk menyelimuti orang sakit, dengan harapan agar tubuh kembali utuh dan sehat. Sedangkan motif slobok digunakan untuk menutupi jenazah, simbol keikhlasan melepas kepergian dan perlindungan dari empat penjuru arah.

Baca juga: Mengenal Batik, Ragam Hias dan Filosofinya

Teknik Membatik dan Tantangan Pelestarian 

Kader Pusaka Indonesia wilayah DI Yogyakarta belajar membatik

Kader Pusaka Indonesia wilayah DI Yogyakarta belajar membatik

Keindahan dan keunikan yang terpancar pada batik tak lepas dari ketekunan dan keuletan sang pembuat. Dalam membuat batik ada beberapa teknik yang dipakai  meliputi batik tulis, batik cap, batik cap tulis, serta batik printing. 

Batik tulis menggunakan alat bernama canting  yang terbuat dari logam dengan lubang kecil untuk mengalirkan malam (lilin panas) ke kain mori yang sudah diberi pola. Proses ini memerlukan ketelitian tinggi dan penghayatan yang dalam (roso), seringkali disertai doa dan harapan baik. Pewarnaan biasanya dilakukan pada kedua sisi kain, sehingga pengerjaannya bisa memakan waktu berbulan-bulan.

Batik cap dibuat dengan alat cap seperti stempel bermotif yang dicelup malam, lalu ditekan kain. Prosesnya lebih cepat dari batik tulis. Sementara batik cap tulis menggabungkan teknik cap dan canting. Seiring perkembangan teknologi, hadir batik printing, yang prosesnya lebih cepat dan massal dengan bantuan mesin. Meski meningkatkan ekonomi, keberadaan batik printing menjadi tantangan bagi perajin tradisional untuk tetap bertahan.

Baca juga: Menggali Batik Sudagaran, Modifikasi Motif Keraton yang Mewarnai Keberagaman Budaya

UNESCO, sebagai lembaga dunia yang menaungi warisan budaya tak benda, mengakui batik yang pembuatannya menggunakan alat canting atau cap dengan media malam. Karena itu, menjaga keaslian teknik membatik menjadi penting.

Dalam mengenakan busana batik perlu cermat memperhatikan motif. Misalnya, motif burung garuda,  sebaliknya tidak terbalik dalam memakainya, agar tidak membuat garudanya pusing,” ucap Neneng, santai namun penuh makna.

Untuk menumbuhkan kecintaan pada batik sejak dini, Neneng aktif mengedukasi siswa SMA tentang teknik dan filosofi membatik. Neneng percaya “tak kenal maka tak sayang” mengenalkan batik adalah langkah awal menumbuhkan cinta terhadap budaya sendiri.

Neneng mengingatkan agar generasi muda memakai batik secara tepat. Beberapa motif memiliki aturan pemakaian, seperti motif parang, yang secara tradisi hanya dikenakan oleh raja dan keluarganya. Oleh karena itu, saat menghadiri acara resmi seperti undangan dari keraton, sebaiknya tidak memakai motif tersebut sembarangan.

Menutup obrolan, Neneng mengajak seluruh masyarakat untuk menggunakan produk wastra lokal seperti batik, tenun, songket, dan tenun ikat. Meski usianya tak muda, semangatnya dalam melestarikan budaya bangsa tetap menyala, teladan dari sosok yang tangguh menjaga wastra Nusantara.

Baca juga: Cerita dan Makna di Balik Ragam Wastra Indonesia

 

Ata Astuti
Kader Pusaka Indonesia Wilayah Jawa Barat