Skip to main content

Sebagai upaya melestarikan dan menumbuhkan kecintaan terhadap wastra Nusantara, Pusaka Indonesia Wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta (PI DIY) menyelenggarakan kelas membatik khusus untuk kader yang berdomisili di wilayah Yogyakarta. Kegiatan ini berlangsung selama tiga hari di Rumah Pusaka Indonesia (RPI) DIY dengan diikuti oleh 12 peserta.

Kelas ini dipandu oleh Endra Supriyadi, seorang kader PI sekaligus perajin batik yang berprofesi sebagai guru di Kulon Progo. Endra telah memulai aktivitas membatik sejak 1985. Meski sempat vakum karena kesibukan sebagai guru, sejak bergabung dengan PI, ia kembali aktif membatik di studionya dan kini membagikan ilmunya kepada kader PI lainnya.

Karya Peserta Kelas Membatik

Pada sesi pertama yang dilaksanakan pada 30 Juni 2024, peserta belajar membuat gambar dan pola batik di atas kain sebagai media latihan. Untuk memudahkan peserta, Endra menyiapkan gambar-gambar pola di atas kertas yang kemudian bisa ditiru peserta. Namun, peserta juga diberikan kebebasan untuk menciptakan pola batik mereka sendiri.

Pada pertemuan berikutnya, 2 Juli, peserta belajar mencanting, yaitu menutup pola batik di kain dengan malam (lilin) menggunakan canting. Proses ini menuntut ketelatenan dan kehati-hatian karena peserta harus menggoreskan malam cair sesuai pola yang telah dibuat. Bagi peserta yang sudah berpengalaman, mencanting bisa dilakukan langsung tanpa membuat pola terlebih dahulu.

Praktik mewarnai batik

Sesi terakhir yang diadakan pada 4 Agustus, berfokus pada pewarnaan. Peserta diajarkan cara mewarnai pola batik yang telah dicanting menggunakan kuas dan cotton bud. Setelah kain diwarnai dan dijemur, kain kemudian dicelup ke dalam larutan HCL untuk memunculkan warna, dan dibilas dengan air bersih sebelum akhirnya dijemur hingga kering.

Peserta mengikuti seluruh proses dengan penuh antusiasme. Bagi banyak dari mereka, ini adalah pengalaman pertama membuat batik. Salah seorang peserta, Yosephine Vindry Astuti, menyatakan bahwa meski prosesnya menantang, terutama saat mencanting, ia merasa senang dan menikmati setiap tahapannya. “Ternyata mengasyikkan. Semua proses berkesan, walau masih njiplak. Pas nyanting juga senang walau menetes-netes. Mewarnai lebih seru lagi,” ujarnya.

Koordinator Bidang Seni Budaya PI Yogyakarta, Titya Cecilia Sumarsono, berharap kegiatan ini memberikan pemahaman baru tentang proses pembuatan batik tulis. “Kami berharap kegiatan ini menumbuhkan rasa cinta dan menghargai warisan luhur bangsa, sehingga peserta juga bisa memahami nilai ekonomi, sosial, dan budaya dari wastra,” tambahnya.

Meskipun kali ini kelas membatik dikhususkan untuk kader PI Wilayah Yogyakarta, ke depannya kegiatan serupa akan diperluas untuk kader di wilayah lain dan juga terbuka untuk masyarakat umum. Ketua Bidang Seni Budaya Pusaka Indonesia, Arif Fajar Nugroho, menekankan bahwa pelatihan ini bertujuan untuk mengenalkan kembali makna dan nilai keagungan di balik motif batik. “Praktik langsung ini diharapkan dapat memunculkan kepedulian, kecintaan, serta tanggung jawab untuk melestarikan budaya sesuai jati diri Nusantara yang agung,” pungkasnya.

 

Wening Fikriyati 

Kader Pusaka Indonesia Wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta