Pusaka Indonesia terus melakukan upaya pelestarian warisan budaya leluhur Nusantara. Pada 13 September 2025 lalu, Pusaka Indonesia berkolaborasi dengan Sri Sintasari Iskandar, seorang kurator wastra ternama, menggelar sebuah workshop membatik yang unik dan menarik. Acara bertajuk ‘Canting dan Wastra: Belajar Membatik Bagi Pemula’ ini secara khusus mengundang generasi muda dari enam Sekolah Menengah Kejuruan Negeri (SMKN) di Jakarta.
Bertempat di Museum Tekstil Jakarta, acara ini diikuti oleh 51 peserta, termasuk 32 orang siswa SMKN yang didukung penuh oleh Pusaka Indonesia. Kehadiran para pelajar ini sejalan dengan misi Pusaka Indonesia untuk menumbuhkan minat generasi muda dalam melestarikan wastra, sebagai sebuah komitmen untuk menjaga identitas bangsa.
Baca juga: Jejak Makna Batik dan Tantangan Pelestarian
Workshop dimulai pukul 10.00 WIB di Pendopo Batik. Sri Sintasari Iskandar yang akrab disapa Neneng, membuka acara dengan menunjukkan berbagai kain koleksinya, serta memperlihatkan tahapan dalam proses pembuatan batik tulis. Setelah itu, salah seorang guru membatik dari Museum Tekstil Jakarta menjelaskan teknik dasar yang esensial, mulai dari cara memegang canting hingga posisi duduk yang benar saat membatik.
Pengalaman Mencanting yang Berkesan
Peserta dibagi menjadi beberapa kelompok kecil. Masing-masing kelompok diberi perlengkapan membatik berupa kompor, malam (lilin batik), dingklik (bangku kecil), dan apron. Seluruh peralatan ini telah disiapkan oleh pihak museum. Dengan bimbingan petugas museum, setiap peserta mencoba menorehkan malam di atas kain berukuran sekitar 30 cm dengan satu motif sederhana.
Selama 30 menit, suasana pendopo dipenuhi konsentrasi para peserta yang fokus menggerakkan canting. Setelah proses mencanting selesai, mereka berkesempatan menyaksikan langsung demo proses pewarnaan dan nglorod (meluruhkan malam) yang dilakukan oleh tim ahli dari museum.

Para peserta praktik belajar membatik
Belajar Sambil Mengenal Sejarah
Sambil menunggu karya mereka kering, para peserta diajak mengikuti tur museum. Dipandu oleh pemandu profesional, mereka diajak berkeliling ke Galeri Batik, Taman Pewarna Alam, Ruang Pameran Utama yang saat itu sedang menampilkan kain tenun dari berbagai daerah, serta Ruang Pengenalan Wastra. Tur ini tidak hanya mengisi waktu luang, tetapi juga memperkaya wawasan mereka tentang kekayaan budaya Indonesia.
Acara diakhiri dengan sesi penutupan di lobi Gedung A. Tiga peserta dengan hasil karya terbaik mendapatkan dua buku tentang batik dari Neneng. Selain itu, tiga peserta lainnya juga mendapatkan doorprize setelah berbagi pengalaman berkesan mereka selama workshop.
Menanamkan Rasa Bangga Sejak Dini
Workshop ini ditutup dengan sesi foto bersama dan makan siang. Neneng mengungkapkan rasa syukurnya atas kelancaran acara ini. Neneng mengungkapkan, kegiatan ini telah menargetkan sasaran yang tepat dalam memberikan pengajaran tentang salah satu budaya yang kita miliki kepada generasi penerus. “Karena mempelajari, mencintai, dan melestarikan budaya warisan leluhur adalah tugas kita bersama. Ini menjadikan identitas bangsa Indonesia yang beretika dan berbudaya,” ucapnya.
Baca juga: Menjaga Batik, Menjaga Warisan Budaya Luhur Nusantara
Senada dengan Neneng, Ketua Bidang Seni Budaya Pusaka Indonesia, Agnes Puteri, berharap acara ini bisa menjadi awal bagi para generasi muda untuk lebih dekat dengan wastra nusantara. Menurut Agnes, acara workshop mencanting ini diadakan untuk menumbuhkan rasa cinta anak-anak muda terhadap wastra nusantara, khususnya batik. “Diharapkan dengan mengikuti acara workshop membatik ini, generasi muda menjadi lebih dekat lagi dan bangga dengan kebudayaan milik Indonesia sendiri,” pungkasnya.
Titya C. Sumarsono
Korbid Wastra Pusaka Indonesia