Skip to main content

Batik adalah salah satu warisan budaya Indonesia yang telah dikenal luas. Setiap daerah memiliki ciri khas motif dan teknik pembuatan yang unik, namun di antara berbagai jenis batik yang ada, Batik Sudagaran menjadi salah satu yang memiliki perbedaan signifikan dibandingkan dengan batik pada umumnya. Banyak orang mungkin lebih familiar dengan batik keraton yang identik dengan kehalusan dan keteraturan motifnya, tetapi Batik Sudagaran memiliki sejarah yang menarik dan ciri khas yang membedakannya. Mengenai Batik Sudagaran ini pernah diungkap dalam salah satu sesi talkshow wastra bertema Menyingkap Pesona Wastra Indonesia : Beragam Gaya Batik dan Tokohnya, oleh narasumber Sri Sintasari (Neneng) Iskandar. Beliau menjelaskan bahwa Batik Sudagaran diciptakan oleh para pengrajin di luar keraton yang mencari cara untuk menyesuaikan batik dengan selera masyarakat umum, sehingga menghasilkan batik yang lebih beragam dan lebih halus.

Latar Belakang Munculnya Batik Sudagaran

Pada masa pemerintahan kerajaan-kerajaan di Indonesia, terutama pada masa Susuhunan Pakubuwono III, IV, dan Sultan Hamengkubuwono I, terdapat peraturan ketat mengenai motif-motif batik yang hanya boleh dipakai oleh raja, kerabat raja, dan bangsawan. Motif-motif ini dikenal dengan sebutan motif batik larangan atau batik vorstenlanden, yang diperuntukkan hanya untuk kalangan tertentu dalam masyarakat. Vorstenlanden, yang berarti daerah-daerah yang berada di bawah kekuasaan kerajaan pecahan dinasti Mataram Islam seperti Kasunanan Surakarta dan Kasultanan Yogyakarta, adalah wilayah yang memiliki aturan ketat dalam hal penggunaan motif batik. Setiap kerajaan memiliki motif-motif Batik Larangan tersendiri.

Gambar Motif Larangan

Namun, aturan tersebut memicu kreativitas para pengrajin di luar keraton, terutama para saudagar yang merasa batik tersebut terbatas untuk kalangan tertentu. Mereka mulai memodifikasi motif Batik Larangan agar dapat dinikmati oleh masyarakat luas sehingga terciptalah Batik Sudagaran. Para saudagar mengkombinasikan pola buketan, buntel, atau keong dengan warna-warna cerah yang serasi sehingga terciptalah pola baru. Dengan menggunakan pola-pola yang lebih bebas dan warna yang lebih cerah, Batik Sudagaran memberikan warna baru dalam dunia batik, menjadikannya lebih dinamis dan lebih sesuai dengan selera masyarakat umum. Batik Sudagaran ini dipakai oleh semua kalangan dan berkembang sejak tahun 1850 di Surakarta dan Yogyakarta.

Keunikan Batik Sudagaran terletak pada kombinasi motif yang sebelumnya hanya dipakai oleh kalangan bangsawan, tetapi disesuaikan dengan keinginan dan kebutuhan masyarakat luar keraton.

Dengan demikian, Batik Sudagaran menjadi jembatan antara tradisi batik keraton yang eksklusif dengan keberagaman selera masyarakat umum. Hal inilah yang menjadikan Batik Sudagaran memiliki nilai sejarah dan seni yang sangat penting dalam perkembangan batik di Indonesia.

Desain Batik Sudagaran umumnya terkesan berani dalam pemilihan bentuk, menampilkan penggambaran benda-benda alam atau satwa, dengan kombinasi warna yang didominasi warna soga dan indigo. Ciri khas batik Sudagaran terlihat dari penyajian kreasi ragam hias yang baru. Pencipta batik sudagaran mengubah batik keraton dengan kreasi isen-isen yang rumit dan mengisinya dengan cecek (bintik) sehingga tercipta batik yang indah. Isen-isen pada batik sudagaran berupa isen cecek. Diatur berderet sangat dekat sedemikian rupa dan ditata pada latar pola.

Motif Batik Sudagaran

Salah satu contoh Batik Sudagaran yang merupakan modifikasi Motif Larangan, yaitu Motif Parang Klithik Gapit Parang Gendreh, menjadi Motif Parang Klithik dipadu dengan Motif Buntal. Motif Larangan Sawat dan atau Lar pada Batik Semen Romo, motif larnya dimodifikasi. Motif Larangan Parang dipadukan dengan teknik nithik. Motif Larangan Kawung dibuat besar dan isen-isen-nya motif yang berbeda. Pada saat itu, dari peranakan pun ada pengrajin yang membuat Batik Motif Parang Glebak Iwak menjadi Motif Larangan Parang yang sudah dimodifikasi.

Batik Sudagaran Motif Merak Ngigel Latar Truntum

Selain Batik Sudagaran hasil modifikasi dari batik Motif Larangan, Ada pula motif asli Batik Sudagaran, yaitu:

  • Motif Alas-alasan. Terdapat motif binatang dengan latarnya adalah ukel, yang pembuatannya sangat rumit sekali.
  • Motif Wora-wari Rumpuk. Sebetulnya adalah Motif Kembang Sepatu, tekniknya sangat sulit, karena semuanya cecek (motif berupa titik-titik kecil) menggunakan teknik nithik.
  • Motif  Naga Penganten dengan latar bunga asem.

Batik Sudagaran Motif Buntal Latar Sidomukti

Batik Sudagaran, dengan segala keunikan dan kekhasannya, tidak hanya menjadi saksi bisu dari perubahan sosial dan budaya yang terjadi di luar keraton, tetapi juga menjadi bukti nyata dari kreativitas para pengrajin yang berusaha menyesuaikan batik dengan selera masyarakat luas, mendemokratisasi seni batik.

Seiring berjalannya waktu, Batik Sudagaran telah berkembang menjadi bagian integral dari kekayaan budaya batik Indonesia, di mana pengaruhnya dapat dilihat dalam banyak motif batik yang ada pada masa kini.

 

Wendy Barbara
Kader Pusaka Indonesia wilayah DKI-Banten

Referensi :

  1. Youtube Bumi Surgawi Episode Menyingkap Pesona Wastra Indonesia, Beragam Gaya Batik dan Tokohnya, bagian 1.
  2. Buku: Batik Sudagaran Surakarta Koleksi Hartono Sumarsono, tim penulis: Helen Ishwara, L.R. Supriyapto Yahya, Xenia Moeis
  3. Vorstenlanden https://blog.ullensentalu.com/vorstenlanden/
  4. Youtube Hartono Sumarsono Episode Batik Sudagaran Era Tahun 1960-an akhir s/d awal 1970