Dalam banyak pementasan seni, keperluan panggung dan aksesoris merupakan elemen penting yang menunjang keindahan penampilan. Dari pengalaman tersebut, muncul gagasan untuk membuat sendiri aksesoris dan pernak-pernik pementasan yang dapat dijadikan inventaris Bidang Seni Budaya. Seiring dengan persiapan realisasi gagasan ini, dari kegiatan Titik Titip Sampah (TTS) yang merupakan salah satu program Pusaka Indonesia, muncul ide untuk memperluas konsep ini menjadi pengolahan limbah yang tidak mudah terurai, khususnya limbah kantong plastik, yang kemudian diproses menjadi aksesoris pementasan.
Bersama Prapti Alpandi, Kader Pusaka Indonesia wilayah Yogyakarta yang memiliki latar belakang pendidikan di jurusan Biologi dan pengalaman riset tentang lingkungan dan keanekaragaman hayati, kami bekerja sama untuk merealisasikan pengolahan limbah kantong plastik ini. Prapti, yang juga aktif dalam seni budaya di Yogyakarta, selalu memilih media dan cara yang tidak menambah kerusakan lingkungan dalam karyanya. Salah satu pendekatan yang sering digunakan Prapti adalah proses upcycle dan recycle sampah anorganik, seperti kantong plastik, yang kemudian diolah menjadi lempengan siap pakai untuk berbagai keperluan, termasuk aksesoris seni pertunjukan.
Proses Pengolahan Kantong Plastik Menjadi Lempengan
- Pemilihan Kantong Plastik. Mulailah dengan memilih kantong plastik kresek, seperti yang biasa digunakan untuk tempat sayur dari warung-warung.
- Persiapan Kertas Roti. Siapkan kertas roti dan lipat menjadi dua untuk melapisi bagian atas dan bawah plastik yang akan dijadikan lempengan.
- Pemotongan Kantong Plastik. Potong kantong plastik di bagian sudut-sudutnya agar saat ditumpuk, lapisannya bisa rata.
- Penumpukan. Tumpuk plastik yang telah dipotong sesuai dengan jumlah lapisan yang diinginkan untuk mencapai ketebalan lempengan yang diharapkan.
- Penyetrikaan. Setrika tumpukan plastik dengan panas sedang, bolak-balik hingga plastik matang dan menyatu sempurna.
- Hasil Akhir. Lempengan plastik ini dapat diolah lebih lanjut menjadi aksesoris seperti mahkota, kalung tari, dan gelang tangan untuk tari.
Tantangan dalam Proses Pengolahan
Proses pengolahan ini memiliki tantangan tersendiri, terutama dalam pengaturan panas dan lamanya penyetrikaan. Jenis plastik dan ketebalan lempengan yang diinginkan sangat mempengaruhi hasil akhir. Panas setrika harus pas agar plastik matang merata tanpa meleleh terlalu cepat atau terlalu lambat.
Pelatihan dan Rencana Pengembangan

Hasil praktik mengolah limbah plastik menjadi lempengan
Langkah kecil pertama yang kami ambil adalah pelatihan pengolahan limbah kantong plastik ini untuk para Koordinator Seni dan Budaya dari setiap wilayah. Pelatihan pertama pada tanggal 10 Agustus 2024, yang dipandu oleh Prapti Alpandi ternyata mendapat antusiasme dari para koordinator. Meskipun proses yang terlihat sederhana, ternyata memiliki kesulitan tersendiri. Banyak peserta yang belum berhasil membuat lempengan dengan baik, sehingga tugas diberikan untuk terus melatih ini bagi para peserta.
Saat ini, Titik Titip Sampah (TTS) belum terlibat dalam pelatihan secara langsung, mereka lebih berperan sebagai penyedia bahan mentah, dengan memanfaatkan sampah plastik dari rumah tangga.
Meskipun demikian, kami memiliki visi besar untuk berkolaborasi dengan banyak pihak dan mengembangkan kegiatan ini secara berkelanjutan. Langkah terdekat adalah mengolah lempengan plastik ini menjadi bagian dari aksesoris yang lebih kompleks, seperti membentuk, mengelem, dan mengecatnya. Tujuan kami adalah tidak hanya menghasilkan barang untuk keperluan Bidang Seni Budaya, tetapi juga mengurangi limbah yang tidak bisa diurai oleh tanah dan menunjang kemandirian Bidang.
Arif Fajar Nugroho
Ketua Bidang Seni Budaya Pusaka Indonesia
Foto: Dokumentasi pribadi Penulis