Skip to main content

Selaras dengan misi Pusaka Indonesia, yaitu “Gerakan Trisakti Untuk Indonesia Raya yang Jaya,” Bidang Seni Budaya terus beraksi dalam melestarikan budaya sesuai dengan jati diri Nusantara yang Agung. Salah satunya adalah melalui Sanggar Seni Pusaka Indonesia yang tersebar di beberapa wilayah di Indonesia dan berperan aktif dalam menjaga serta memperkenalkan kekayaan seni tradisional.

Pada kesempatan kali ini, Bidang Seni Budaya mendapat undangan untuk menampilkan dua tarian dalam acara Orasi Kebangsaan dan Kebudayaan “Membangun Tata Nilai Peradaban Nusantara Mengisi 79 Tahun Indonesia Merdeka,” yang diadakan oleh PEWARNA (Persatuan Wartawan Nasrani Indonesia) pada hari Jumat, 16 Agustus 2024, bertempat di Auditorium Vihara Mahathera, Pondok Labu.

Tari pertama yang ditampilkan adalah Tari Ragam Dasar Betawi dari Sanggar Seni Pusaka Indonesia DKI – Banten, yang diwakili oleh Sari Marieyosse, salah satu penari andalan dan juga Ketua Wilayah DKI – Banten. Tari kedua adalah Tari Gambyong dari Sanggar Seni Pusaka Indonesia Jawa Tengah, yang diwakili oleh Rika Efian, Koordinator Seni Budaya wilayah Jawa Tengah, dan Phasyanendya Aime Harika, salah satu anak didik yang masih duduk di bangku Sekolah Menengah Atas di Wonogiri. Kedua tarian ini berhasil dibawakan dengan indah dan memukau para hadirin.

Makna dan Sejarah Tari Ragam Dasar Betawi

Tari Ragam Dasar Betawi merupakan salah satu tarian tradisional dari masyarakat Betawi yang dikenal dengan gerakannya yang energik dan dinamis. Tarian ini memadukan unsur-unsur seni dan budaya Betawi yang kental, yang diambil dari kehidupan sehari-hari masyarakat Betawi di Jakarta. Tari ini sering kali menjadi representasi keanekaragaman budaya yang tumbuh di daerah Betawi, terutama pengaruh budaya Melayu, Tionghoa, Arab, dan Eropa.

Secara makna, Tari Ragam Dasar Betawi menggambarkan kegembiraan dan semangat hidup masyarakat Betawi yang dikenal ramah dan terbuka. Gerakan dalam tarian ini umumnya tegas, cepat, dan penuh energi, melambangkan jiwa muda yang bersemangat serta dinamika masyarakat perkotaan. Selain itu, tarian ini sering diiringi oleh musik khas Betawi seperti gambang kromong dan tanjidor, yang memperkuat nuansa lokal dari setiap gerakan yang dibawakan.

Dari segi sejarah, tari ini tumbuh seiring dengan berkembangnya seni pertunjukan di kalangan masyarakat Betawi, terutama sebagai bentuk hiburan rakyat yang sering ditampilkan di acara-acara perayaan, penyambutan tamu, hingga pesta rakyat. Tari Ragam Dasar Betawi hingga kini tetap lestari dan diajarkan di berbagai sanggar tari Betawi sebagai bagian dari upaya melestarikan budaya asli Jakarta.

Makna dan Sejarah Tari Gambyong

Tari Gambyong, yang dibawakan oleh Sanggar Seni Pusaka Indonesia Jawa Tengah, merupakan salah satu tarian klasik dari Jawa Tengah. Tarian ini awalnya berasal dari tarian rakyat, yang kemudian diadaptasi oleh Keraton Surakarta dan menjadi tarian resmi istana. Tari Gambyong pada dasarnya memiliki makna sebagai ungkapan rasa syukur dan penghormatan kepada Dewi Sri, dewi kesuburan dalam mitologi Jawa. Gerakan lembut dan anggun dalam tari ini mencerminkan harmoni antara manusia dan alam, serta harapan untuk kehidupan yang sejahtera dan panen yang melimpah.

Sejarahnya, nama “Gambyong” diambil dari nama seorang penari legendaris pada zaman Keraton Surakarta, Nyi Gambyong, yang terkenal karena gerakannya yang memikat. Tarian ini, yang awalnya dipertunjukkan sebagai hiburan rakyat, kemudian diangkat menjadi bagian dari upacara resmi kerajaan. Tarian ini menonjolkan kelembutan, keanggunan, serta pengendalian diri, yang menjadi ciri khas perempuan Jawa.

Dua tarian yang dibawakan ini tidak hanya berhasil menghibur, tetapi juga menyampaikan nilai-nilai luhur budaya Nusantara yang masih relevan hingga saat ini.

Selama persiapan untuk acara Orasi Kebangsaan dan Kebudayaan, para penari dari Sanggar Seni Pusaka Indonesia telah menyempatkan waktu intensif untuk berlatih. Mereka mengingat kembali setiap gerakan dengan seksama, memastikan bahwa tarian yang akan ditampilkan sesuai dengan standar yang telah ditetapkan. Berkat persiapan yang matang, tidak ada kendala berarti yang mengganggu penampilan mereka.

Sanggar Seni Pusaka Indonesia akan terus menjalankan berbagai kegiatan rutin, seperti kursus tari, pelatihan gamelan, serta nguri-uri bahasa dan aksara Jawa. Selain itu, Sanggar Seni Pusaka Indonesia juga aktif berkolaborasi dengan masyarakat luas dalam berbagai acara dan menggali ide-ide kegiatan baru yang sejalan dengan visi dan misi Pusaka Indonesia, dengan tujuan untuk terus melestarikan dan mengembangkan budaya Nusantara yang Agung.

Arif Fajar Nugroho
Ketua Bidang Seni Budaya Pusaka Indonesia