Acara Pagelaran Musik Hening: Kebahagiaan dalam Harmoni yang diselenggarakan oleh Pusaka Indonesia pada 25 April 2025 di Auditorium Abdurrahman Saleh, RRI Jakarta telah sukses digelar. Salah satu penampilan yang paling memukau dan meninggalkan kesan mendalam adalah persembahan dari tim musik akustik Pusaka Indonesia yang mendampingi vokalis muda berbakat, Antea Turk — cicit buyut dari pahlawan nasional WR Supratman.
Tim akustik ini terdiri atas lima kader Pusaka Indonesia: Stefani Dwi Cahyani (biola), Puteri Wijayanti dan Galih Setiawan (gitar), Herdi Satria (bass), serta Hendri (kajon). Mereka tampil penuh totalitas dan menghadirkan harmoni indah yang membalut tiga lagu gubahan Guru Setyo Hajar Dewantoro (SHD): Hati Surgawi, Tarian Semesta, dan Maha Cahaya.
Keberhasilan penampilan mereka bukanlah hasil instan, melainkan buah dari proses latihan yang disiplin dan penuh kesungguhan. Dalam waktu persiapan yang terbatas, mereka menyatukan jadwal, semangat, dan kemampuan demi menghasilkan pertunjukan terbaik. Puteri dan Stefani sebagai koordinator tim akustik bahkan mengatur latihan secara intensif dan konsisten demi mencapai keharmonisan dalam tempo dan nada.
Stefani mengungkapkan, “Kami menyadari bahwa hanya dengan latihan serius dan rutin, suara masing-masing instrumen bisa menyatu dengan baik. Saya pribadi belajar untuk tetap mengambil tanggung jawab dan bermain lebih profesional. Dan itu benar-benar membuahkan hasil.”
Bagi Puteri, proses latihan ini tak hanya mengasah kemampuan teknis bermusik, tapi juga menumbuhkan semangat rendah hati dan kerja sama. “Kami banyak belajar dari Antea juga. Meskipun jadwalnya padat dan ia masih sekolah, totalitas dan profesionalismenya luar biasa. Ia selalu hadir latihan tepat waktu, dan cepat menguasai lagu-lagu baru.”

Tim Akustik Pusaka Indonesia saat latihan bersama Antea
Baca juga: Menyambut Pagelaran Istimewa Musik Hening: Lantunan Bumi Surgawi dari Malang Selatan
Meski sempat merasa terintimidasi karena harus tampil sebagai penutup dan berkolaborasi dengan sosok Antea yang tengah viral di berbagai media, tim akustik tetap berusaha tampil dengan tenang dan maksimal. “Rasa gugup itu tetap ada, tapi kami belajar untuk tidak terlalu memikirkan hasil akhir. Yang penting, kami berusaha memberikan yang terbaik setiap kali latihan,” ujar Stefani.
Yang membuat penampilan mereka istimewa bukan hanya dari sisi musikalitas, tetapi juga dari ekspresi yang dihadirkan. Stefani menambahkan, yang paling penting dalam kolaborasi ini adalah ia tetap berlatih hening sambil memainkan instrumen, supaya nilai-nilai dan pesan yang ingin disampaikan Guru SHD lewat lagunya bisa tersampaikan dengan baik.”
Penampilan akustik ini menjadi bukti nyata bahwa totalitas, latihan serius, dan kolaborasi yang tulus bisa menghasilkan pertunjukan yang menggugah. Lagu-lagu yang mereka bawakan bukan hanya menghibur, tapi juga menyentuh dan menggugah jiwa para penonton.
Pagelaran Musik Hening ini bukan sekadar konser — melainkan ruang kontemplatif yang mengangkat nilai-nilai harmoni, cinta, kesukacitaan, dan kebahagiaan dalam kebersahajaan. Dan tim akustik Pusaka Indonesia telah menunjukkan bahwa mereka mampu menjadi bagian penting dari persembahan luar biasa ini.
Sampai jumpa di panggung-panggung selanjutnya, dengan harmoni dan makna yang semakin meneduhkan.
Ni Kadek Ayu Rinawati
Kader Pusaka Indonesia Wilayah Bali, Tim Reporter Pusaka Indonesia