Istilah Eco Enzyme sudah sering kita dengar – yang mana saat ini sudah banyak dibuat oleh orang awam sebagai upaya pemanfaatan limbah dapur organik. Cairan serbaguna ini murah, mudah dibuat, dan memiliki dampak besar apabila dimanfaatkan dengan tepat.
Eco Enzyme terbuat dari air, buah, sayur mentah, kulit buah, yang difermentasikan dengan gula merah tebu atau gula aren. Setelah tiga bulan, cairan inilah yang disebut Eco Enzyme. Memuliakan Bumi dengan Eco Enzyme bisa dilakukan dari mulai dari rumah yaitu dengan memilah sampah organik dan anorganik. Sampah organik yang dijadikan Eco Enzyme bisa berfungsi sebagai penyubur tanaman dan pembersih rumah tangga. Pengalaman pemanfaatan Eco Enzyme ini terus disosialisasikan oleh Pusaka Indonesia – di antaranya untuk meningkatkan hasil pertanian, memulihkan kualitas air, membersihkan kerak pada saluran air, dan mempercepat penguraian di septic tank.
Baca juga: Mengungkap Potensi Eco Enzyme (EE) sebagai Pengobatan Luka: Hasil Polling dan Wawancara
Sosialisasi kepada pelajar juga sering dilakukan oleh Pusaka Indonesia untuk menginspirasi generasi muda agar lebih mencintai lingkungan, hingga memberi pengalaman belajar yang kontekstual untuk anak-anak usia dini atau TK.
Baca juga: Menumbuhkan Semangat Peduli Lingkungan di SMAN 36 Jakarta melalui Pembuatan Eco Enzyme

siswa binaan Wahana Visi Indonesia (WVI)
Tanggal 26 Juni 2025, Pusaka Indonesia berkesempatan untuk melakukan sosialisasi kepada para siswa binaan Wahana Visi Indonesia (WVI) untuk berbagi pengetahuan tentang pemanfaatan Eco Enzyme, di Kelurahan Tanah Kali Kedinding, Kecamatan Kenjeran, Surabaya. WVI adalah organisasi kemanusiaan yang bekerja untuk memberdayakan anak, keluarga, dan masyarakat yang paling rentan di Indonesia. Sosialisasi dilakukan atas permintaan kolaborasi WVI sebagai penyelenggara kegiatan. Ini adalah kegiatan sosialisasi lanjutan dari yang pernah dilakukan sebelumnya.
Bersama dua orang kader Pusaka Indonesia wilayah Jawa Timur lainnya, Nur Fitriyah atau dipanggil Fitri, kembali bertemu dengan 20 orang peserta termasuk siswa dan penyelenggara kegiatan dari WVI untuk menyampaikan pemahaman yang diharapkan mampu menggugah aksi nyata yang bisa dilakukan dari ruang lingkup kehidupan sehari-hari.
Kegiatan diawali dengan mengingat kembali proses pembuatan Eco Enzyme yang telah dibuat sebelumnya untuk memantik ingatan para siswa dan memancing interaksi dalam kegiatan. Dilanjutkan penyampaian manfaat Eco Enzyme dan praktik panen Eco Enzyme yang berjumlah total 38 liter. Untuk memperkuat pemahaman siswa terhadap manfaat Eco Enzyme, kegiatan dilanjutkan dengan praktik langsung menuang Eco Enzyme pada beberapa kloset di sekitar area sosialisasi. Masing-masing kloset dituang 1,5 liter Eco Enzyme. Selain itu, penyelenggara kegiatan juga menambahkan kegiatan pembuatan sabun dari Eco Enzyme yang baru dipanen.
Fitri, koordinator kegiatan, perwakilan Pusaka Indonesia Wilayah Jawa Timur, menyampaikan kesan peserta yang terlihat antusias dan senang, ketika melihat hasil pembuatan Eco Enzyme yang berhasil dengan bau yang segar, meskipun ada anak yang masih terlihat jijik menyentuh hasil panen Eco Enzyme langsung. “Saya merasa bersyukur dapat mengedukasi masyarakat lebih luas – yang saat ini pada skala pelajar SMP dan SMA, untuk peduli pada lingkungan sekitarnya,” ucap Fitri.
Fitri juga menyampaikan perlunya edukasi berulang agar manfaat Eco Enzyme untuk lingkungan dan rumah tangga dapat lebih dipahami. Ia juga berharap generasi muda bisa terus dilibatkan dalam aksi lingkungan lainnya, seperti pelatihan pertanian untuk membuat kompos dan pemanfaatan Eco Enzyme langsung untuk rumah tangga dan lingkungan.
Ni Kadek Ayu Rinawati
Kader Pusaka Indonesia Wilayah Bali dan Sekitarnya