Pendampingan Social Entrepreneur Academy (SEA) Pusaka Indonesia di SMAN 36 Jakarta memasuki sesi terakhir pada hari ini, Selasa (12/11). Jika pada dua sesi sebelumnya fokus pendampingan adalah bagaimana menggali kreativitas dan menuangkan ide bisnis ke dalam proposal, kali ini pendampingan fokus pada strategi pemasaran. Dalam materi strategi pemasaran, para siswa diperkenalkan pada tiga jenis metode, yakni Above The Line (ATL), Below The Line (BTL), dan Through The Line (TTL).
ATL adalah jenis promosi yang biasanya menggunakan media massa untuk menjangkau khalayak luas, misalnya melalui koran, TV Nasional, atau radio. Sementara pemasaran BTL menggunakan pendekatan yang langsung menyasar target pasar spesifik. Misalnya, melalui kegiatan pameran atau bazar, mengirimkan email ke pelanggan, atau dengan menjadi sponsor acara. Pemasaran TTL sendiri, merupakan gabungan antara ATL dan BTL. Contohnya, dengan memasang iklan pada YouTube, yakni calon pelanggan yang tertarik bisa mengklik link yang langsung mengarahkan ke marketplace.
Terkait strategi pemasaran, teknologi digital yang berkembang semakin pesat saat ini, memberi kemudahan kepada para peserta dalam mempromosikan dan menjual produknya. Mereka pun mengaku sudah memiliki pemahaman awal terkait bagaimana membidik target pelanggan melalui media sosial, seperti Instagram atau WhatsApp. Beberapa di antaranya bahkan sudah mempersiapkan poster sebagai media promosi offline yang akan ditempelkan di mading (majalah dinding) kelas. Ada juga yang tertarik melakukan pemasaran secara offline, dengan cara melakukan pendekatan secara langsung kepada calon pelanggan. Misalnya, dengan mendatangi setiap kelas untuk melakukan promosi. Materi yang disampaikan oleh pendamping, menjadi pelengkap bagi para siswa untuk meningkatkan kemampuan dalam pemasaran.
Semangat dan antusiasme para peserta juga terlihat ketika menjelaskan ide-ide kreatifnya dalam merancang booth untuk bazar. Sedianya, pihak sekolah akan menyelenggarakan bazar pada 21 Desember. Bazar ini juga akan menjadi wadah bagi peserta pendampingan SEA untuk menuangkan ide-ide kreatifnya dalam berwirausaha. Untuk menarik pengunjung ke booth, masing-masing merancang idenya. Ada yang tertarik menggunakan kostum jagung, ikan, atau pisang. Mereka juga sudah mulai menyiapkan fasilitas custom sesuai pesanan pelanggan. Seperti, custom gelang sesuai selera pengunjung booth. Para pendamping dari Pusaka juga mengingatkan kembali akan pentingnya karakter kewirausahaan seperti kejujuran dalam menjalankan usaha, niat tulus untuk berkontribusi pada lingkungan, melaksanakan usaha dengan sukacita, disiplin dan pantang menyerah, serta kreativitas dan kolaborasi.
Di antara semua sesi yang sudah berjalan, sesi terakhir ini terbilang yang paling seru. Apalagi, para peserta sudah mulai akrab dengan para pendamping dari Pusaka Indonesia yang kebanyakan sudah punya pengalaman berwirausaha. Keseruan ini membuat proses belajar terasa lebih mengasyikkan. Situasi kelas juga terasa lebih kondusif. Agar situasi kelas tidak membosankan, para pendamping memberikan beberapa games yang menarik untuk mengasah fokus dan kekompakan antarsiswa. Dengan demikian semakin tercipta situasi yang lebih ceria dan para siswa menjadi lebih semangat lagi untuk belajar. Salah seorang pendamping dari Pusaka Indonesia, Dwinita Permata Sari mengungkapkan, antusiasme anak-anak ini di luar ekspektasinya. Anak-anak sudah melakukan sesuai arahan yang diberikan. Ada yang sudah mulai produksi aksesori, mencoba resep, dan juga sudah ada pembagian kerja. “Mereka penuh dengan ide-ide fresh dan unik, penuh semangat sangat detail dalam membuat konsep kemasan dan promosi,” paparnya.
Dari beberapa sesi pendampingan yang dilakukan di SMAN 36 Jakarta ini, ke depannya SEA akan mengupayakan agar dapat terus berkolaborasi dengan berbagai pihak eksternal sehingga dapat terus membantu menumbuhkan talenta dan potensi setiap individu dalam berwirausaha.
Maria Natalia & Agnes Puteri W
Kader Pusaka Indonesia DKI Jakarta – Banten