Skip to main content

Bagi Rika Efian Pratiwi, dapur adalah ruang kreativitas tanpa batas. Sejak Juli 2023, ia bersama suami, Fajar Arief Nugroho, dan mitranya, Imron Halim alias Iponk, mengelola sebuah angkringan sederhana bernama Angkringan SHD di halaman rumah mereka di Batuwarno, Kabupaten Wonogiri, Jawa Tengah. Selain itu, Rika memiliki hobi membuat camilan, salah satunya kacang telur. Awalnya, camilan ini hanya dibuat untuk konsumsi pribadi atau dibagikan kepada teman-temannya. Namun, pesanan mulai berdatangan, terutama dari kenalan yang sedang mengadakan hajatan.

Semangat Rika semakin bertumbuh ketika bergabung dengan Social Entrepreneurship Academy (SEA) Batch 4 pada Juli 2024. Ia sadar bahwa kegemarannya membuat cemilan tersebut bisa dikembangkan menjadi sebuah ide bisnis. Program kewirausahaan yang berada di bawah naungan Pusaka Indonesia ini bertujuan mencetak pengusaha baru yang memiliki visi sosial. Dalam program ini, peserta mendapatkan pendampingan intensif mulai dari pengembangan ide bisnis, produksi, hingga pemasaran.

Di SEA, Rika menyadari potensi besar dari hobinya membuat camilan. Ia juga belajar berbagai keterampilan baru seperti analisis SWOT untuk rencana bisnisnya dan penentuan target pasar. “Di kelas SEA, saya baru ngeh, bahwa betul produk saya bisa dinikmati semua orang.  Tapi, penjualannya secara spesifik ke siapa?” papar Rika. Sebelum ikut SEA, Rika memasarkan produknya tanpa perencanaan matang dan target spesifik.

Dari sana lahir merek Kacang Telur Unta, kacang telur yang bukan sekadar camilan biasa. Kacang Telur Unta ini diolah secara manual tanpa bahan MSG atau pengawet, menggunakan bahan-bahan alami yang aman untuk dikonsumsi. Filosofi ini sejalan dengan prinsip SEA, yang mendorong pengusaha untuk menciptakan produk sehat dan bebas dari kandungan yang merugikan tubuh.

Di sisi lain, SEA juga mendorong usaha dampingannya untuk tidak semata-mata berfokus pada keuntungan finansial, tapi bagaimana menciptakan produk yang menginspirasi. Ariyanti Dragona selaku koordinator SEA menuturkan,  dalam program SEA, yang ditekankan adalah bagaimana para pengusaha bisa memberikan kontribusi terhadap masyarakat, lingkungan, bangsa, dan negara ini. “Bukan hanya tentang berapa nominal yang kita hasilkan atau menjadikan keuntungan finansial sebagai tujuan utama,” jelasnya.

Sebaliknya, peserta diajak untuk melihat ke dalam diri, mengenali bidang yang mereka sukai. Para peserta diajak untuk menerima dan mengapresiasi keunikan masing-masing, kemudian menanamkan kesadaran untuk berdikari. Di samping itu, peserta diberi pemahaman bahwa apapun usaha yang dijalankan harus sesuai dengan jati diri bangsa, sebagaimana amanat Trisakti Bung Karno.

Pelajaran lainnya yang didapatkan Rika dari kelas SEA adalah tentang manajemen, terutama berkaitan dengan sumber daya. Usaha angkringan yang pernah ia jalankan sebelumnya, sudah mulai mendapatkan pelanggan tetap. Namun karena kesibukan sehari-hari, angkringan tersebut terpaksa tutup. Dalam waktu dekat, ia berencana membuka kembali angkringan tersebut sambil terus membuat produksi kacang telur. Salah satu strategi yang ia rencanakan saat ini adalah mencari sumber daya yang bisa menjaga angkringan, sekaligus bisa membantu memasak dengan resep yang sudah ia tentukan.

  

Aniswati Syahrir
Kader Pusaka Indonesia Wilayah DKI Jakarta – Banten