Skip to main content

Aleksandrius Petrus Wilson Daga, seorang siswa SMP dari Labuan Bajo, Nusa Tenggara Timur, bercita-cita ingin menjadi astronot. Untuk itu, dia ingin Indonesia memiliki landasan pacu roket. Mungkin seperti Kennedy Center NASA, Cape Canaveral, di Florida, Amerika Serikat, yang digunakan untuk peluncuran roket NASA dan Space X milik Elon Musk. Zahra Kamila, seorang siswi SMP dari Banda Aceh, ingin menjadi pengusaha dan ingin membuat mata uang rupiah bernilai mahal di negara lain. Sedangkan Aurel Womsiwor, siswi SMP dari Sentani, Papua, bercita-cita ingin menjadi pilot pesawat antariksa pertama dari Indonesia. 

Cuplikan video Indonesia Emas 2045 yang berisi tiga siswa tersebut adalah bagian dari mimpi besar Indonesia menuju generasi emasnya yang diprediksi akan mewujud pada tahun 2045, yaitu pada 100 tahun kelahiran negara republik ini. Sebuah mimpi besar yang menjadi pertaruhan bangsa ini 20 tahun ke depan.

Pada tahun 2045 juga, diperkirakan jumlah penduduk Indonesia telah mencapai 324 juta jiwa sebagai akibat dari bonus demografi. Jika hal ini tidak diantisipasi maka yang terjadi adalah ledakan pengangguran yang akan menghasilkan side effect masalah-masalah sosial. Hal lain yang perlu diwaspadai adalah middle income trap, yaitu suatu keadaan ketika negara berhasil mencapai tingkat pendapatan menengah, namun gagal melampaui tingkatan tersebut untuk menjadi maju. Bank Dunia mencatat 108 negara di dunia terperangkap middle income trap, seperti Argentina, Brazil, Malaysia, dan Indonesia.

Di tengah cemerlangnya impian anak-anak Indonesia, ternyata tantangan demi tantangan menghadang. Indonesia kini dihadapkan kepada 3 tantangan utama: kemandirian, kesejahteraan, dan keadilan. Dalam menggapai cita-cita menuju Indonesia Emas, kemandirian bukan hanya berupa kata dan slogan, akan tetapi sungguh-sungguh merupakan sebuah usaha untuk tidak memiliki ketergantungan apa pun terhadap pihak eksternal. Kita tentu saja mandiri dan berdaulat penuh dalam bidang politik, namun hal lain yang patut mendapat perhatian adalah bidang ekonomi, energi, teknologi, dan wirausaha. Setiap langkah kemandirian di semua bidang perlu dipersiapkan untuk menjemput bonus demografi tersebut.

Kesejahteraan, seperti yang diamanatkan Bung Karno pada pidatonya di depan BPUPKI adalah tujuan yang tidak terpisahkan dari kemerdekaan. Untuk mewujudkannya, peran Trias Ekonomikus, yaitu: BUMN, Koperasi, dan Swasta haruslah beriringan dengan kemandirian dalam membangun kekayaan bersama, bukan malah membebani APBN. Dewasa ini, perbaikan secara fundamental terhadap ketiga pilar tersebut harus menjadi perhatian untuk menuju Indonesia yang sejahtera dan adil bagi seluruh rakyatnya.

Yang tidak kalah pentingnya adalah keadilan. Keadilan merupakan amanat dari Pancasila sila kedua, Kemanusiaan yang Adil dan Beradab. Artinya, tidak boleh ada  pihak yang merasa memiliki hak yang lebih daripada yang lain. Demikian pula dalam hal hukum, hukum yang adil menjadi pondasi dari keharmonisan sebuah bangsa. Para penegak hukum seyogyanya menegakkan hukum yang tidak memandang bulu, tanpa membedakan suku, agama, ataupun kedudukan. 

Menuju Indonesia Emas 2045 bukanlah hal yang mustahil untuk digapai, dengan catatan bahwa semua prasyaratnya juga tercapai. Bonus demografi sudah pasti kita miliki, yang selanjutnya perlu diperhatikan adalah visi kemandirian, kesejahteraan, dan keadilan. Tidak ada kata terlambat untuk membangun sebuah pondasi yang kokoh, kita berkarya sesuai dengan talenta terbaik yang kita punya, dengan semangat berbakti kepada Ibu Pertiwi yang dilandasi kejujuran dan ketulusan. 

 

Ryo Disastro

Pegiat Nusantara Centre. Tinggal di Depok, Jawa Barat