Skip to main content

Sanggar Seni Pusaka Indonesia Wilayah Bali terus menunjukkan komitmennya dalam mengembangkan kreativitas para kader seni. Kali ini, para kader dilatih untuk memanfaatkan limbah plastik sebagai bahan untuk membuat properti dan aksesori tari. Setiap dua kali sebulan, para kader mengadakan kegiatan mengolah limbah plastik ini. Limbah plastik yang biasanya jadi sampah, setelah aksi kreasi, ternyata bisa menjadi aksesori yang indah dan fungsional. 

Untuk proses pengolahannya sendiri terbilang mudah. Pertama-tama, sampah plastik digunting pada bagian sisinya sehingga menjadi lembaran-lembaran. Lembaran-lembaran plastik kemudian ditumpuk, dilapisi dengan kertas roti, kemudian dipanaskan dengan setrika untuk menghasilkan lempengan plastik yang kaku. Lempengan plastik tersebut kemudian diberi ukiran pada permukaannya dan diberi cat warna. Langkah ini, menghasilkan aksesori tari yang unik dan memiliki estetika.

Proses Ukir

Koordinator Sanggar Seni Pusaka Indonesia Wilayah Bali, I Kadek Cahya Adi Wardana mengatakan, ada beberapa tujuan dari kegiatan ini. “Harapannya para kader Pusaka Indonesia mampu berdikari dalam menyiapkan kebutuhan seni,” ungkap Cahya. Dengan belajar membuat aksesoris sendiri, para kader tidak hanya menghemat biaya sewa aksesoris yang kini semakin mahal. Di samping itu, hal ini juga ikut memperkuat identitas seni mereka. Di samping itu, kegiatan ini juga menjadi wadah bagi para kader untuk menorehkan bakat seni yang dimiliki. Mulai dari menggambar hingga mengukir yang semuanya berkontribusi pada terciptanya aksesoris tari yang istimewa ini.

Di sisi lain, dengan memanfaatkan limbah plastik sebagai bahan dasar, kegiatan ini juga menjadi langkah nyata Pusaka Wilayah Bali dalam mendukung pelestarian lingkungan. Setiap potongan plastik yang diolah menjadi karya seni adalah bagian dari upaya mengurangi sampah plastik yang mencemari alam. Dengan semangat inovasi dan kolaborasi, kegiatan ini menjadi bukti bahwa seni dapat menjadi sarana untuk menciptakan dampak positif, baik bagi individu, masyarakat, maupun lingkungan. “Sanggar Seni Pusaka Indonesia wilayah Bali terus melangkah maju, mempersembahkan karya seni yang tidak hanya indah, tetapi juga penuh makna,” papar Cahya. 

Melalui kegiatan ini, Sanggar Seni Pusaka Indonesia Wilayah Bali tidak hanya menciptakan peluang bagi kader untuk berkreativitas, tetapi juga membangun landasan seni yang berkelanjutan. Karya yang dihasilkan dari kegiatan ini nantinya akan digunakan dalam berbagai pementasan seni, menjadi bukti nyata kolaborasi antara kreativitas dan kesadaran lingkungan.

Ide aksi kreatif ini awalnya dicetuskan oleh Pengurus Pusat Pusaka Indonesia yang memberikan kesempatan bagi Koordinator Seni Budaya dari tiap wilayah yang tertarik, diberikan pelatihan pemanfaatan limbah plastik menjadi karya seni. Kader Pusaka Indonesia Bali yang mengikuti pelatihan ini, Dwi Noviani, kemudian meneruskan ide ini dan menjadi mentor untuk kader Bali dalam membuat ide kreasi ini. “Pelatihan ini harus diterapkan secara lebih luas dan tidak boleh berhenti begitu saja,” kata Novi.

Hasil Jadi Ukuran

Para kader Pusaka Indonesia Bali pun membuat karya kreasi dengan semangat. Tidak hanya itu, para kader yang terlibat ternyata menemukan potensi dalam diri mereka. Misalnya, talenta dalam membuat gambar dan membuat seni ukir dengan pahat yang sangat baik. Proses belajar ini menjadi lebih dinamis dan penuh kolaborasi karena setiap kader memberikan kontribusi sesuai dengan kemampuan dan keahlian masing-masing. Bukan hanya sekadar membuat aksesoris tari dari limbah plastik, tetapi juga menjadi ruang untuk saling berbagi pengetahuan, memperkaya keterampilan, dan menciptakan karya seni yang unik dan penuh makna.

 

I Kadek Cahya Adi Wardana
Koordinator Sanggar Seni Pusaka Indonesia Wilayah Bali