Bicara tentang bidang seni budaya, tak bisa lepas dari dunia pertunjukkan atau panggung. Mulai dari pementasan musik, tari, maupun teater. Ada beberapa hal yang diperlukan dalam seni di atas panggung, seperti kostum, pencahayaan, tata suara, hingga tata rias. Make up atau tata rias merupakan salah satu elemen vital yang wajib ada dalam sebuah pertunjukan, misalnya pada seni tari tradisional . Tujuannya antara lain untuk menjadi sorotan; agar wajah tetap terlihat dengan jelas, bahkan dalam pencahayaan panggung yang terang; dan untuk memenuhi kebutuhan serta ketentuan watak tokoh, karakter, peran dan tema berdasarkan konsep pementasan.
Dengan alasan itulah sudah jelas bahwa tata rias panggung bukan sekadar pemanis, tetapi juga memegang peran penting. Maka bidang seni budaya Pusaka Indonesia mengadakan kegiatan “Workshop Online Tata Rias Panggung” yang dipandu oleh Rika Efian, kader Pusaka Indonesia Wilayah Jawa Tengah yang seorang penari sekaligus mahir merias untuk seni panggung. Ini adalah sesi kedua diadakan, setelah melakukan evaluasi serta mendengar testimoni dari tim perias yang merasa terbantu saat acara Pagelaran Indonesia Bahagia yang diadakan pada tanggal 15 Juni 2024 lalu.

Rika Efian, narasumber Workshop Tata Rias, sedang membagikan ilmunya kepada para peserta online
Pelatihan sesi kedua ini, merupakan kelanjutan dari sesi pertama. Di sesi kedua ini 33 peserta hadir menyimak dan mempraktikkan riasan yang dipandu Rika secara online. Materi sesi ini, di antaranya belajar mengaplikasikan eye shadow, blush on, menggambar alis, menggunakan contour, shimmer, dan eyeliner. Banyak dari peserta yang belum mahir dalam menggambar alis dan eyeliner, setelah diberi trik oleh Rika, barulah mereka mengerti cara yang efektif. Mertha, salah satu peserta mengakui bahwa setelah ikut kelas ini, dirinya jadi lebih paham, tentang teknik-teknik memakai pensil alis. “Tadinya saya gak pernah gambar alis karena selalu gagal. Pada waktu ikut kelas tata rias ini, ternyata ada tekniknya sendiri untuk membuat alis (selama ini saya gak paham), kemarin begitu diajarin langsung bisa buat alis. Memakai eyeshadow juga saya tadinya kurang paham tentang gradasi warnanya, pencampuran warnanya seperti apa. Saya baru paham pada waktu ikut kelas tata rias ini, pencampuran eyeshadow harus dicampur antara gelap dan terang sehingga enak dilihat. Selama ini saya gak pede kalau mau pakai eye shadow, karena takut wajahnya jadi aneh”, jelas Mertha.
Ini merupakan bukti nyata bahwa merias wajah merupakan tantangan tersendiri bagi peserta, sekaligus menjadi ajang peningkatan skill. Peserta lain, Sari mengungkapkan bahwa kelas ini seru, dan dia bersyukur mendapatkan pengetahuan baru. Sayangnya waktu dirasakannya terlalu cepat dan masih banyak yang belum terbahas secara detail, tip dan triknya. Sari mengungkapkan keinginannya di lain waktu ada sesi khusus riasan mata.
Hal yang sama juga dirasakan oleh Rika, tentang singkatnya waktu. Durasi dua jam untuk menjelaskan dan menjawab pertanyaan peserta masih kurang maksimal, perlu beberapa sesi pertemuan untuk membahas setiap detail prosesnya. Materi yang diajarkan hingga sesi kedua masih bersifat umum. Rika Efian juga menyetujui adanya tata rias yang khas pada tari-tari tertentu seperti elemen-elemen khusus. Contoh untuk tarian Bali itu yang condong ke pemilihan jenis warna kuning, merah, biru, alis hitam pada eyeshadow dan identik dengan adanya gecek. Gecek adalah titik putih terdapat pada dahi, pada pelipis di dekat alis dan pada dada (tergantung jenis tariannya).

Peserta Tata Rias di Rumah Pusaka Indonesia Wilayah Yogyakarta
Masih banyak sisi dan topik dari tata rias yang bisa dibahas pada sesi berikutnya, karena ternyata memang kegiatan ini sangat berguna bagi kader yang bergiat di Sanggar Seni Pusaka Indonesia. Maka belajar tata rias panggung merupakan satu langkah kecil, namun berarti untuk melestarikan dan menjaga keindahan budaya Nusantara, yang sangat beragam dan adiluhung ini.
Arif Fajar Nugroho,
Ketua Bidang Seni Budaya Pusaka Indonesia