Tanggal 25 April 2025 akan menjadi hari yang istimewa. Pusaka Indonesia dan Persaudaraan Matahari akan menggelar sebuah pagelaran istimewa bertajuk “Musik Hening, Kebahagiaan dalam Harmoni”. Pagelaran ini akan menampilkan aransemen musik gubahan pendiri Persaudaraan Matahari sekaligus Ketua Umum Pusaka Indonesia, Guru Setyo Hajar Dewantoro (SHD). Beberapa lagu akan dibawakan oleh salah seorang cicit keluarga Wage Rudolf Supratman, Antea Turk. Juga akan tampil beberapa pemusik kader Pusaka Indonesia dari berbagai wilayah.
Berbagai persiapan terus dilakukan, baik dari segi kepanitiaan, publikasi, venue, maupun pengisi acara. Para panitia dan pengisi acara tinggal di kota yang berbeda-beda. Namun, jarak yang berjauhan tak menjadi hambatan. Seperti halnya salah satu grup musik yang berasal dari sebuah desa di dekat pantai Malang Selatan, Jawa Timur. Grup musik ini terdiri dari tiga sahabat: Saptoyo, Iswicahyo, dan Triandar Karyati atau yang akrab disapa Yatik, yang juga istri Saptoyo.
Mandat untuk Membawakan “Bumi Surgawi”
Saptoyo, menceritakan sepenggal kisah masa mudanya dalam bermain musik. “Kami dulu pernah punya grup band, namanya Kiai Sadrah. Namun, band-nya bubar setelah pemain melodinya meninggal.”
Setelah itu, ia sempat membuat grup musik lagi. Di antaranya, band yang diberi nama Parahita, sebuah vokal grup bernama Eksodus, juga paduan suara anak-anak yang diberi nama Ken Dedes. Saat ini Saptoyo sudah tidak aktif bermain musik. Namun, kadang masih bermain musik jika diminta mengisi acara pernikahan, syukuran, atau di gereja.
Grup musik yang digawangi tiga personil ini muncul begitu saja tanpa nama dan tanpa rencana. Saptoyo mengambil peran sebagai gitaris, Iswicahyo bermain ukulele, sementara Yatik berperan sebagai vokalis. Meskipun bukan grup musik profesional, ketiga kader Pusaka Indonesia dari Malang Selatan ini mendapat mandat khusus dari Guru SHD untuk membawakan beberapa buah lagu dengan lirik yang agung. Salah satunya adalah Bumi Surgawi yang liriknya diciptakan oleh Guru SHD sendiri.
Baca juga: Pagelaran Indonesia Bahagia: Seni Budaya Luhur Nusantara Untuk Dunia
Semua berawal ketika Guru SHD berkunjung ke Sendang Biru, Malang Selatan pada 12 Desember 2024 lalu. Seperti biasa, kebiasaan berkumpul dan bernyanyi pun terjadi. Mereka kemudian diminta menyanyikan lagu yang diaransemen oleh Iswicahyo, Bumi Surgawi, yang syairnya diambil dari buku Kesadaran Kristus karya Guru SHD. Pada momen itu, mereka pun tiba-tiba diminta bernyanyi di event webinar Persaudaraan Matahari. “Waktu itu Mas Guru tiba-tiba bilang: nanti nyanyi di webinar ya! Padahal kami belum latihan,” kenang Saptoyo. Namun sejak saat itulah mereka bertiga terus berlatih secara intensif.
Bak gayung bersambut, latihan dadakan saat itu terus berlanjut hingga kini untuk persiapan pagelaran. Proses latihan tentu memiliki tantangan, seperti keterbatasan alat musik hingga proses aransemen lagu. Biasanya, mereka membuat notasi dulu, baru syair. Kali ini sebaliknya, syair sudah ada, melodinya harus menyesuaikan. Ini bukan perkara mudah. Iswicahyo mengakui tantangan itu. “Awalnya saya juga bingung, lagu ini mau dibuat seperti apa? Biasanya kan lagu dimulai dari notasi baru lirik. Tapi ini sudah ada syair, dengan jumlah bait dan suku kata yang tidak seragam,” paparnya. Namun ia menganggap itu titah yang harus dilaksanakan, sehingga ia pun mengerjakannya sebaik mungkin. “Mas Guru memberi tiga syair, dan ketiganya telah selesai dibuatkan lagu,” tambahnya.
Sementara itu, Yatik yang menjadi vokalis, memperindah harmoni musik dalam karya ini lewat suaranya yang merdu. “Saya selalu konsisten berlatih dengan tulus setiap waktu, agar suara bisa lebih harmoni. Juga ada latihan khusus dengan tim musik supaya padu,” jelasnya. Walaupun tinggal berjauhan dengan para panitia dan pengisi acara lainnya, mereka tetap berupaya maksimal. Proses latihan direkam menggunakan ponsel, lalu dikirim kepada ketua tim panitia pagelaran untuk meminta masukan.
Baca juga: Harmoni Seni dan Budaya Luhur di Pagelaran Indonesia Bahagia di RRI Jakarta
Tantangan lain tentu ada. Selain keterbatasan alat musik dan media rekaman, mereka juga harus melampaui mental block, yakni keraguan dan tekanan dalam diri sendiri. Namun ketiganya tetap menjalani proses ini. “Biarlah kami yang berkumpul di pagelaran ini menjadikannya wahana untuk berkarya dengan ketulusan yang paripurna, selaras dengan tuntunan-Nya. Biarlah kami hidup sebagai alat-Nya, menghadirkan kerajaan-Nya. Menjadikan Bumi Surgawi nyata dalam pagelaran ini dan menjadi energi baru yang akan dibawa hadirin kembali ke tempat masing-masing, untuk terus bertumbuh dalam segala tantangan,” demikian yang diyakini Saptoyo sembari mengutip lirik Bumi Surgawi.
Kekuatan Sabda dalam Lirik Bumi Surgawi
Pagelaran ini menjadi momen yang sangat penting. Bukan hanya penampilan di panggung, melainkan juga wahana untuk menyatukan semangat kolektif yang tersebar dalam dinamikanya masing-masing. Lagu dan musik yang selaras adalah sarana untuk membangun kesadaran dan semangat manusia. “Setidaknya di tataran berpikir,” ucap Saptoyo. Ia menganalogikan para peserta pagelaran dengan api-api kecil yang tersebar di banyak tempat, berjuang dalam tantangannya masing-masing. Di pagelaran, api itu dikumpulkan, diperkuat, dan dihidupkan kembali menjadi lebih besar.
Lagu-lagu mereka mungkin belum masuk dalam tangga lagu populer, namun liriknya bukan lirik biasa. Lagu Bumi Surgawi dapat dinikmati di channel Youtube SHD TV. Dalam lirik lagu ini ada kekuatan sabda atau doa yang terpancar. Dalam setiap nadanya, terselip harapan, semangat, dan cinta yang tulus. Makna dan semangat yang ada dalam lagu tersebut bisa menjadi nyala api perjuangan bagi pendengar yang menghayatinya sekaligus menyadarkan pentingnya peran kita untuk mewujudkan Indonesia Surgawi dan Bumi Surgawi. Pada 25 April mendatang di Auditorium Abdurrahman Saleh RRI Jakarta, tentunya kita akan disuguhi dengan lagu dan musik agung lainnya, selain Bumi Surgawi.
Apabila Anda tergerak untuk hadir, biarlah ini menjadi momen untuk membangkitkan jiwa patriotik di hati kita masing-masing.
Fathul Hadi dan Saptoyo
Kader Pusaka Indonesia wilayah Jawa Timur