Suasana babak penutup dari Sendratari Neng Ning Nung Nang Pesona Budaya Luhur Nusantara di Auditorium Abdulrahman Saleh RRI Jakarta Jumat 24 Oktober 2025 lalu, betul-betul semarak. Dua puluh satu penari dengan kostum berwarna-warni mewakili lima pulau besar Indonesia menari dengan sukacita, menghadirkan suasana meriah dan gegap gempita. Itulah tarian Medley Nusantara yang dibawakan oleh para Ketua Bidang, Ketua Wilayah dan para pengurus Pusaka Indonesia dari berbagai daerah. Mereka menarikan kelompok tarian—Sumatera (Tak Tong Tong), Kalimantan (Paris Barantai), Betawi (Ondel-Ondel), Sulawesi (Lenso/Sayang Sayang Si Patokaan), dan Papua (Yamko Rambe Yamko).
“Tarian ini mewakili lima pulau besar Indonesia dan menunjukkan betapa kayanya budaya Nusantara,” tutur Dourina Siregar atau biasa disapa Dourin, selaku pelatih. Musiknya yang dikemas dalam aransemen modern berirama cepat, memberi kesan megah, dinamis, dan menggugah semangat, merupakan kreasi dari Ardias Ariyono dan revisi oleh Christ Eleazar.
Baca juga: Sendratari Neng Ning Nung Nang: Kolaborasi Seni, Persembahan untuk Negeri
Gerak tarian yang dominan tegas menuntut para penari membawakan dengan energi dan kekuatan penuh, menebarkan gelora semangat kepada penonton. Proses latihan dilakukan selama dua bulan, setiap akhir pekan, menyesuaikan jadwal para penari yang datang dari berbagai daerah—Bogor, Depok, Jakarta, hingga Karawang.
Menariknya, tarian Papua secara khusus dibawakan oleh para Ketua Wilayah Pusaka Indonesia sebagai simbol teladan dalam mencintai dan melestarikan budaya bangsa.
Proses blocking dimulai dua bulan sebelum pementasan. Setiap latihan selalu ada penyesuaian gerak untuk memastikan tampilan panggung yang rapi, kompak, dan indah. Blocking menjadi perjuangan kedua setelah hafalan gerak. Dengan latar belakang kemampuan yang beragam, pelatih mampu mengelola dinamika tersebut hingga seluruh penari dapat berkolaborasi menciptakan tarian yang harmonis dan mengesankan. Mereka terus mematangkan kekompakan, memperbaiki detail gerakan, serta melatih keluwesan dan kekuatan dalam setiap langkah gerak.
Kostum para penari menyesuaikan pakaian adat masing-masing daerah, menambah daya tarik sekaligus mempertegas keindahan dan kekayaan budaya Nusantara.
Baca juga: Tari Tenun dan Musik Etnik, Persembahan dari Bali
Salah satu penari, Lisma Ardini, dari Karawang, membagikan pengalamannya mengikuti proses latihan. Untuk latihan pukul 10.00, dia harus jalan dari rumah sejak pukul 5.30 pagi. “Saya belajar nilai-nilai luhur seperti kerja sama, disiplin, kerendahan hati, ketulusan, harmoni, dan ketangguhan,” ujar Lisma.
R. Suprobo, Ketua Wilayah Pusaka Indonesia Yogyakarta, yang ikut tampil sebagai penari di part Papua, mengaku awalnya terkejut saat diminta bergabung dengan tim penari Medley. Namun, dia segera menyanggupi tawaran ini. Baginya, tidak terlalu sulit beradaptasi karena ia sebelumnya pernah ikut juga menarikan tarian Papua. Kendala jarak tak mempengaruhi semangatnya untuk berlatih, ia mempelajari gerakannya dari video yang dikirimkan pelatih, lalu rutin latihan sendiri di rumah, selain juga latihan bersama pelatih tari di Yogya.
Sementara itu, Dourin sebagai pelatih, membimbing para penari dengan totalitas dan dedikasi penuh, mencontohkan setiap gerak dengan ketelatenan dan semangat yang menular. Harapannya sederhana: agar para penonton tidak hanya terhibur, tetapi juga tergerak untuk ikut menari dan mencintai budaya Indonesia.
Tarian Medley Nusantara menjadi penutup megah dari pagelaran Sendratari tahun ini.
Ata Triastuti
Kader Pusaka Indonesia Jawa Barat






