Skip to main content

Setiap sore, selama dua bulan terakhir, beberapa kader Pusaka Indonesia rutin bertemu secara daring melalui Google Meet. Hampir setiap hari mereka bergantian membaca dialog naskah Sendratari Neng Ning Nung Nang: Pesona Luhur Budaya Nusantara, tema pagelaran seni budaya tahun ini yang akan digelar pada 24 Oktober 2025 di Auditorium Abdurrahman Saleh RRI Jakarta, diselenggarakan oleh Pusaka Indonesia di bawah Bidang Seni Budaya. 

Sendratari kali ini mengangkat tema dari filosofi Jawa kuno yang tetap relevan bagi manusia modern. Menurut Agnes Puteri, Ketua Bidang Seni Budaya sekaligus ketua panitia, sendratari ini merupakan perpaduan antara drama, tari, dan musik yang dirangkai menjadi satu kesatuan.

“Sendratari ini mengajak masyarakat untuk kembali pada laku hidup yang agung, yang disebut Neng Ning Nung Nang. Laku hidup yang membawa Nusantara mencapai kejayaan di masa lampau,” jelas Puteri.

Ide cerita Sendratari Neng Ning Nung Nang muncul dari diskusi internal pengurus Pusaka Indonesia. Cahya Adi Wardana, Wakil Ketua Bidang Seni Budaya sekaligus Tim Kreatif dan Stage Manager, menceritakan bahwa gagasan tersebut berawal dari keinginannya untuk mengorkestrasi berbagai kegiatan seni yang telah dijalankan Pusaka di berbagai wilayah, serta menghimpun potensi seni para kader agar tampil dalam satu panggung bersama.

Inspirasi datang dari Sekjen Pusaka Indonesia, Keisari Pieta, yang mengingatkan agar kegiatan kelas menulis aksara Jawa di Yogyakarta serta filosofi Neng Ning Nung Nang dijadikan ruh dari pagelaran ini. Dari situlah Cahya bersama tim kreatif mulai menenun ide menjadi karya utuh: aksara, tembang, tari, wastra, musik etnik, hingga seni drama disatukan dalam benang merah falsafah Jawa yang sarat makna.

Jika pagelaran Musik Hening pada April lalu berfokus pada unsur musikal, kali ini seluruh cabang seni dipadukan dalam satu narasi besar. “Seni drama, tari, musik, dan wastra berpadu dalam satu alur penceritaan yang utuh dan menawan. Setiap elemen saling mengisi, menjahit makna, menghadirkan pengalaman estetika yang dalam, serta memantik kesadaran penonton akan keagungan budaya Nusantara,” ujar Cahya.

Selain para kader Pusaka, sendratari ini juga akan menampilkan penari dari The Ary Suta Center, yang membawakan Tari Bedhayan Wilwatikta, menambah kekayaan visual dan makna pementasan.

Baca juga: Tari Tenun dan Musik Etnik, Persembahan dari Bali

Orkestrasi Seniman dari Berbagai Wilayah

Tantangan terbesar dari pagelaran ini adalah keberagaman wilayah para penampil. Lebih dari 90 orang terlibat, berasal dari berbagai daerah di Indonesia. Meski datang dari latar belakang berbeda, mereka disatukan oleh semangat yang sama: mempersembahkan karya terbaik untuk negeri.

Kolaborasi besar ini menjadi bukti bahwa ketika seni dan kebersamaan berjalan beriringan, keindahan budaya Nusantara dapat dihadirkan dengan penuh makna.

Karena jarak yang memisahkan, proses latihan drama dan tari sebagian besar dilakukan secara daring. Penyatuan adegan dan penyelarasan emosi panggung baru dilakukan tiga hari menjelang pementasan di Jakarta. Namun dari keterbatasan itu justru lahir kekuatan — semangat kolaborasi lintas daerah, kesabaran, dan ketekunan seluruh tim. “Saya berharap hasil akhirnya bukan hanya indah, tetapi juga mencerminkan kebersamaan dan cinta terhadap budaya, yang dilandasi ketulusan,” tambah Cahya.

Meski menghadapi berbagai tantangan, persiapan sendratari ini berjalan lancar hingga menjelang hari H. Antusiasme panitia dan penampil sangat terasa, baik dalam rapat maupun saat latihan. “Mereka tidak pernah lelah berlatih setiap hari. Jika muncul isu, langsung kami diskusikan untuk mencegah kebocoran atau kesalahan teknis. Semua berusaha menyelesaikan dengan baik,” ujar Puteri.

Pagelaran kali ini juga melalui proses kurasi langsung dari Ketua Umum dan pengawasan Sekjen Pusaka Indonesia, untuk memastikan penyelenggaraan berjalan optimal dalam hal performa maupun layanan di setiap aspek.

Baca juga: Pusaka Indonesia dan Upaya Melestarikan Musik Etnik di Tengah Popularitas Musik Modern

Puteri berharap, melalui sendratari ini para kader Pusaka dan penonton semakin menyadari keluhuran budaya Indonesia. “Di dalam budaya kita tersimpan nilai-nilai hidup yang bisa diterapkan dalam keseharian. Saya berharap teman-teman semakin mencintai budaya Indonesia, semakin mencintai negeri ini, dan bangga menjadi orang Indonesia,” ungkapnya.

Sementara itu, Cahya menambahkan, “Sendratari ini diharapkan mampu menumbuhkan kesadaran baru akan nilai-nilai luhur budaya Nusantara, tentang filosofi agung, kehalusan rasa, harmoni manusia dan alam, serta semangat gotong royong dalam berkarya.”

Pagelaran seni budaya Pusaka Indonesia merupakan agenda rutin yang diselenggarakan oleh Bidang Seni Budaya. Melalui kegiatan ini, talenta seni para kader terus bertumbuh, saling belajar, berkolaborasi, memperkaya pengalaman, dan menyalakan api kreativitas demi melestarikan budaya bangsa.

Saksikan Sendratari yang sarat makna dan menggetarkan jiwa. Pemesanan tiket dapat diakses melalui Artatix

 

Wening Fikriyati 
Kader Pusaka Indonesia Wilayah Yogyakarta