Di tengah tantangan lingkungan yang kian mendesak, kita seringkali mencari solusi di teknologi canggih. Namun, terkadang, jawaban terbaik justru datang dari alam itu sendiri. Bambu, tanaman yang selama ini kita kenal, ternyata menyimpan potensi luar biasa sebuah cetak biru alami untuk pembangunan masa depan.
Dalam sebuah dialog inspiratif yang disiarkan oleh RRI Pro 1 Jakarta, Denny Riswana, PIC Riset Akademi Bumi Lestari Pusaka Indonesia memaparkan bagaimana bambu bukan sekadar tanaman, melainkan aset strategis untuk ekologi dan ekonomi bangsa.
Penjaga Keseimbangan Alam yang Tangguh
Bayangkan sebuah ekosistem hutan yang memiliki sistem pertahanan terbaik. Itulah peran bambu. “Bambu ini menjadi opsi di lahan-lahan yang kurang ideal, yang kurang humus, dari sisi ekologis, tanaman ini banyak manfaat untuk konservasi air karena perakarannya yang serabut,” demikian penjelasan Denny. Dengan arsitektur akar serabutnya yang luar biasa, ia bagaikan sebuah jangkar yang kuat, mengikat tanah dan menahan laju air saat hujan deras. Fungsi vital ini menjadikan bambu garda terdepan dalam mencegah erosi dan tanah longsor. Di lahan kritis dan rawan bencana, menanam bambu berarti membangun sebuah benteng hidup yang secara mandiri menjaga kestabilan lingkungan.
Kisah sukses ini bukan sekadar teori. Di Sendang Biru, Malang Selatan, sebuah proyek bernama Hutan Bambu Malang telah membuktikan keajaiban tersebut. Di atas lahan seluas 1 hektar yang sebelumnya tandus dan didominasi batuan kapur, bambu berhasil tumbuh subur, mengembalikan sumber air, dan mengubah lahan kritis menjadi zona resiliensi yang vital. Proyek ini adalah bukti nyata dari kolaborasi sinergis antara Pusaka Indonesia, Yayasan Bakti Alam, dan Gereja Kristen Jawi Wetan, yang bersatu demi satu visi: menciptakan perubahan nyata.
Baca juga: Pembukaan Hutan Surgawi Malang dengan Vegetasi Utama Bambu

Salah satu rumpun bambu di Hutan Surgawi Malang Selatan
Di luar perannya sebagai penjaga lingkungan, bambu juga adalah solusi material yang revolusioner. Dengan kekuatan dan kelenturannya, bambu menjadi alternatif ramah lingkungan yang ideal untuk bahan bangunan. Denny menjelaskan, dampak pengoptimalan pemanfaatan bambu, salah satunya adalah mengurangi ketergantungan pada kayu. ”Dengan begitu, deforestasi hutan itu bisa berkurang.”
Seperti yang ditekankan oleh Denny, ini adalah sebuah siklus positif. Saat kita mengurangi kebutuhan akan kayu, kita menyelamatkan hutan. Dampak positifnya berlipat ganda, karena bambu juga membuka jalan bagi ekonomi kreatif yang berkelanjutan, menghasilkan beragam produk industri dan kerajinan tangan yang memberikan manfaat ekonomi bagi masyarakat.
Saatnya Bertindak, Saatnya Mewariskan
Pada akhirnya, apa yang kita lakukan hari ini akan menentukan masa depan. Denny mengajak kita semua untuk tidak berdiam diri. “Mari kita lakukan yang terbaik untuk memulihkan kondisi ekosistem yang ada saat ini dengan mendukung atau ikut serta aktif dalam program-program konservasi,” Kata Denny Riswana.
Konservasi bambu bukanlah tugas sekelompok orang, melainkan tanggung jawab kolektif. Ada banyak cara untuk berkontribusi, mulai dari menanamkan kesadaran pada anak-anak hingga ikut serta dalam program ‘asuh bambu’.
Mari kita jadikan setiap langkah kecil sebagai sebuah investasi besar. Dengan merawat bambu, kita bukan hanya menjaga alam, tetapi juga mewariskan dunia yang lebih hijau, lebih berdaya, dan lebih harmonis bagi generasi mendatang.
Baca juga: Mengapa Kita Perlu Membuat Hutan Surgawi Sekarang
Dudung Rohmat
Ketua Wilayah Pusaka Indonesia Sumatera – Batam