Hutan Surgawi, yang berlokasi di kawasan Sendangbiru, Desa Tambakrejo, Kec. Sumbermanjing Wetan, Kab. Malang, Provinsi Jawa Timur, terus mengalami perkembangan signifikan dalam proses persiapannya. Proyek Konservasi Hutan Surgawi Malang seluas satu hektar ini merupakan proyek kolaborasi antara Gereja Kristen Jawi Wetan Jemaat Sendangbiru, Yayasan Bhakti Alam Sendangbiru, dan Perkumpulan Pusaka Indonesia. Selama dua hari, tanggal 3–4 Desember 2024, tim berhasil menyelesaikan beberapa langkah awal yang penting dalam proyek konservasi ini.
Pada konservasi ini, bambu dipilih menjadi tanaman pokoknya. Bukan tanpa alasan, bambu dipilih karena mempunyai banyak keunggulan dalam konservasi lingkungan, salah satunya adalah kemampuannya dalam menjaga ekosistem air. Selain itu, bambu juga dapat menghasilkan banyak oksigen. Dengan sistem perakaran bambu sangat rapat, akarnya dapat menyebar ke samping atau pun ke dalam, sehingga bermanfaat untuk mencegah erosi dan tanah longsor.
Penentuan Bibit dan Posisi Rumpun
Bibit bambu yang akan ditanam merupakan hasil bantuan dari Mligi Plateau Bamboo Education Center Mojokerto. Bibit-bibit berjenis bambu petung tersebut dikirim ke Sendangbiru lebih awal dari jadwal penanaman dengan tujuan untuk aklimatisasi, yaitu proses adaptasi bibit di tempat yang baru.
Pada persiapan awal ini, sebanyak enam anggota tim berhasil menentukan 38 titik rumpun bambu, setara dengan 70% dari total target. Jarak antartitik rumpun bervariasi antara 15–20 meter. Penentuan titik rumpun ini menyesuaikan area lahannya, beberapa titik harus digeser karena bertepatan dengan lereng yang terjal.
Lebih dari itu, pembukaan jalur antartitik juga telah dibuat untuk mempermudah akses ke lokasi rumpun, yang kedepannya akan diperlebar untuk mempermudah mobilisasi dalam penanaman bibit dan perawatan pasca tanam. Selain itu juga dilakukan pembersihan lahan atau cropping di sekitar titik rumpun. Cropping area ini wajib dilakukan untuk memastikan ketersediaan sinar matahari pada bibit yang ditanam.
Selanjutnya adalah pembuatan lubang tanam pada titik-titik rumpun. Lubang sedalam 30–40 cm digali untuk kebutuhan penanaman. Penggalian lubang juga mendapatkan tantangan. Tak seperti lahan pekarangan pada umumnya, tanah pada Hutan Surgawi ini juga tersusun atas batuan kapur yang keras pada kedalaman tertentu, sehingga membutuhkan waktu dan kesabaran ekstra.
Tantangan dan Solusi

Persiapan Penanaman: Cropping dan Pembukaan Jalur antartitik Rumpun
Selain lahan yang mengandung batu kapur yang keras, terdapat tantangan lain seperti kontur medan yang tidak rata, semak belukar yang rimbun, dan lereng yang curam. Meskipun demikian, tim berhasil menemukan pola penentuan titik rumpun dalam waktu yang relatif singkat dengan menggunakan peta koordinat melalui sebuah aplikasi berbasis Android. Pola ini memungkinkan pengaturan posisi rumpun dan jarak antar titik rumpun secara lebih efisien.
Meski menghadapi berbagai tantangan, proses persiapan Hutan Bambu Surgawi berjalan lancar berkat kerja sama tim dan koordinasi yang baik. Saptoyo, Ketua Tim Kelompok Kerja Hutan Surgawi Malang mengatakan, “Hari ini kami menanam bambu bukan hanya untuk kami saja, tapi lebih untuk generasi berikutnya.” Proyek ini diharapkan menjadi kontribusi nyata Pusaka Indonesia dalam upaya konservasi lingkungan dan pengelolaan sumber daya alam secara berkelanjutan.
Fathul Hadi
Kader Pusaka dan Anggota Tim Kelompok Kerja Hutan Surgawi Sendangbiru Malang