Skip to main content

Sejak lama, sudah beredar prediksi yang menyatakan tentang masa depan Indonesia bahwa negara ini akan bubar pada tahun 2030. Begitu juga adanya skenario global The Great Reset yang diperkenalkan oleh World Economic Forum, juga menimbulkan kekhawatiran akan ancaman terhadap kedaulatan negara. Memasuki tahun 2025, Indonesia menghadapi banyak tantangan yang menimbulkan tanda tanya besar akan masa depan negeri ini.

Dari acara Kajian Pusaka Indonesia: Membaca Indonesia 2025, yang digelar pada 22 Februari 2025 lalu, di Auditorium Jusuf Ronodipuro RRI Jakarta, Setyo Hajar Dewantoro (Mas Guru SHD), Ketua Umum Pusaka Indonesia, menegaskan bahwa orang boleh berencana, tapi selama masih ada orang yang punya ketulusan hati, masih mau berjuang dengan hati yang murni, keajaiban pasti terjadi.  

Sementara itu narasumber lainnya, Laksda TNI Purn. Untung Suropati, inisiator Gerakan Kembali ke Nusantara, menyatakan bahwa ledakan kesadaran saat ini sedang terjadi. Bagi mereka yang masih bimbang atau resisten terhadap gerakan perubahan ini, sadarilah bahwa roda sejarah terus berputar. “Segera eling untuk bersama-sama menuju ke visi cita-cita kejayaan kembali Nusantara.”

Baca juga: Menjadi Oase di Tengah Gelombang Pesimisme

Dalam diskusi ini, satu pesan utama yang digaungkan adalah, “Jangan pernah berhenti mencintai Indonesia.” Banyak negara lain mungkin terlihat lebih tertata, lebih sejahtera, namun itu bukan alasan untuk menyerah atau bahkan meninggalkan negeri ini.

Eko Nugroho, Wakil Ketua Umum Pusaka Indonesia, menegaskan bahwa meski kondisi Indonesia tampak tidak baik-baik saja, harapan itu masih ada. “Kita harus melihat Indonesia dengan lebih logis. Kelihatannya saat ini Indonesia tidak baik-baik saja, gelap. Kita tidak boleh berhenti mencintai Indonesia. Kita harus berjuang untuk membangun Indonesia lebih baik lagi. Dimulai dari mana? Dari diri sendiri. Indonesia masih punya harapan untuk menjadi negara besar, menjadi salah satu polar di dunia ini,” kata Eko.

Mas Guru SHD menambahkan bahwa yang bisa mengubah dunia hanyalah para pemberani, para ksatria yang punya keteguhan dalam bersikap. Sikap patriotisme sejati adalah menghadapi tantangan, bukan melarikan diri. “Sejelek apa pun bangsa kita saat ini karena salah kelola, jangan pernah berhenti mencintai negeri ini. Lakukan yang terbaik dengan apa yang kita bisa.”

Dalam menghadapi masa depan, kita memiliki kuasa untuk menciptakan skenario terbaik bagi negeri ini. Seperti pesan penutup yang disampaikan oleh Mas Guru SHD, yang patut menjadi bahan renungan kita bersama, sebuah pemantik api patriotisme:

“Di lingkungan Pusaka Indonesia/Persaudaraan Matahari, kita selalu mendapatkan wawasan dan mendengarkan berkali-kali visi yang agung ke depan—Indonesia Surgawi, Bumi Surgawi—bolak-balik disampaikan kepada Anda. Apakah saya sedang ngelantur? Tentu tidak. Karena antara visi dengan realitas sekarang, kesannya memang jauh sekali jaraknya.

Saya ingin menegaskan bahwa saya tidak sedang ngelantur. Saya seorang realis tapi juga visioner. Saya mengajak Anda untuk mencipta masa depan, karena masa depan itu bisa diciptakan. Sesuai dengan hukum kosmik, apa yang akan terjadi di masa depan tergantung pada bagaimana kita menciptakan variabel-variabel di masa kini.

Itulah mengapa ada yang disebut sebagai scenario planning. Kita tidak boleh membiarkan negara dan bangsa kita menjadi objek dari scenario planning pihak lain. Kita sendiri yang harus menciptakan skenario itu—sebuah skenario yang agung bagi bangsa kita.

Maka, saya menetapkan visi untuk kita bersama. Itulah tujuan dari perjuangan agung kita. Hal yang penting adalah jangan membatasi diri, jangan hanya melihat bahwa kita ini memiliki kekuatan yang terbatas dengan pandangan lahiriah semata. Di balik keterbatasan kita, ada sesuatu yang tanpa batas. Di balik apa yang kita miliki, ada kekuatan adikodrati yang bisa kita akses.

Rumusnya sederhana: lakukan yang terbaik, maka kekuatan adikodrati itu akan bekerja menyempurnakannya. Maka, jangan pernah ada pesimisme! Tugas kita adalah memperbaiki ketulusan, memperbaiki proses dalam berkarya, dan mencipta mahakarya. Dengan itu, pasti akan terjadi perubahan nyata, keajaiban yang kita sebut sebagai datangnya era emas, datangnya Bumi Surgawi, datangnya Indonesia Surgawi.”

Baca juga: Nyalakan Api Pancasila – “Menghidupkan Kembali Kejayaan Peradaban Nusantara”

 

Ficky Yusrini
Koordinator Bidang Penerbitan Pusaka Indonesia