Maraknya tagar #IndonesiaGelap dan #KaburAjaDulu memunculkan gelombang pesimisme yang membuat sebagian masyarakat kita resah dalam memandang masa depan Indonesia. Berbagai ungkapan kekecewaan dan kemarahan akan kebijakan pemerintah pun memicu aksi demonstrasi mahasiswa di beberapa kota. Mereka menganggap kebijakan pemerintah akhir-akhir ini semakin merugikan rakyat. Di sisi lain, situasi politik global sebetulnya sedang mengalami perubahan yang menarik.
Eko Nugroho, Wakil Ketua Umum Pusaka Indonesia, menanggapi ekspresi generasi muda yang tidak puas terhadap kondisi dalam negeri dan ingin meninggalkan Indonesia di balik tagar #KaburAjaDulu dalam wawancara bersama RRI Pro1 Jakarta pada 21 Februari 2025. Menurutnya, keputusan untuk meninggalkan Indonesia merupakan pilihan masing-masing individu. Tetapi, Eko mengingatkan bahwa saat ini beberapa negara sudah memperketat penerimaan imigran sehingga keputusan untuk pindah ke luar negeri perlu dipertimbangkan dengan matang dan harus dilakukan secara legal. “Orang Indonesia yang bekerja di luar negeri pun belum tentu tidak punya patriotisme. Yang penting orang tersebut masih memiliki Api Pancasila yang menyala di dalam dirinya dan bisa mengharumkan nama Indonesia, seperti Mantan Presiden BJ Habibie,” tegas Eko.
Baca juga: Berjuang Tanpa Uang dan Kekuasaan, Refleksi Ngaji Pancasila Kedua di Yogyakarta
Eko juga menambahkan bahwa dunia memang sedang berubah. Apa yang terjadi belakangan ini tak lepas dari dinamika politik global. Eko menjelaskan saat ini Amerika tidak lagi menjadi satu-satunya polisi dunia. Di masa perang dingin, dunia didominasi oleh dua kekuatan besar, yaitu Amerika Serikat (AS) dan Soviet yang digambarkan sebagai duopolar. Lalu, setelah Soviet runtuh, Amerika menjadi satu-satunya kekuatan dunia atau unipolar. “Saat ini dunia kita sudah bergeser menjadi multipolar.” ungkap Eko. Pergeseran ini ditandai dengan munculnya beberapa kekuatan baru yang kini berpengaruh dalam menentukan kebijakan negara-negara di dunia.
Lalu, bagaimana dengan Indonesia? Bagaimana pemerintah seharusnya menyikapi situasi ini?
Bidang Riset dan Kajian Pusaka Indonesia merespons kondisi terkini dengan mengadakan Kajian Pusaka bertajuk MEMBACA INDONESIA 2025: Kita Harus Pesimis atau Boleh Optimis? Kajian yang diselenggarakan pada Sabtu, 22 Februari 2025 di Auditorium Jusuf Ronodipuro, RRI Jakarta ini menghadirkan tiga pembicara, yaitu Setyo Hajar Dewantoro (Ketua Umum Pusaka Indonesia), Laksda TNI Purn. Untung Suropati (Inisiator Gerakan Kembali ke Nusantara), dan Eko Nugroho (Wakil Ketua Umum Pusaka Indonesia). Dalam kajian ini, Eko Nugroho akan menguraikan situasi saat ini dari kacamata geopolitik, sedangkan Laksda Untung Suropati memaparkan dinamika Bangsa Indonesia dalam 500 tahun terakhir. Sementara itu, Setyo Hajar Dewantoro menyampaikan pandangannya untuk menyalakan optimisme dalam samudera pesimisme.
Pusaka Indonesia dengan berbagai programnya terus bergerak mewujudkan visinya untuk menjadi perkumpulan pergerakan kebangsaan yang totalitas menghayati dan mempraktikkan Pancasila. Eko menegaskan saatnya kita terus berjuang dengan patriotisme, ketulusan, niat baik dan kesukacitaan.
“Acara ini akan menjadi oase di tengah gelombang kekecewaan dan kemarahan yang akhir-akhir ini muncul. Para demonstran di luar sana boleh mampir ke acara kami untuk mendapat perspektif berbeda karena Pusaka Indonesia akan membahas isu-isu aktual secara optimistik,” pungkas Eko.
Baca juga: Menghidupkan Nilai-Nilai Luhur Pancasila Melalui Arus Baru Pancasilaisme
Wening Fikriyati
Kader Pusaka Indonesia Wilayah Yogyakarta