Memasuki tahun baru 2025, dunia kembali digemparkan dengan adanya potensi wabah seperti yang terjadi lima tahun silam. Virus yang dikenal dengan Human Metapneumovirus (HMPV) tersebut menyebabkan gejala flu dan demam pada pengidapnya, serta menyerang saluran pernafasan. Menurut pemberitaan, penyakit tersebut mulai merebak di Negeri Tirai Bambu sejak bulan Desember 2024 dan terdapat lonjakan kasus di bulan berikutnya. Pola serupa diasumsikan sama seperti yang terjadi saat dunia dihebohkan oleh pandemi Covid-19. Terdapat gejala penyakit yang sama dan berdampak secara masif terhadap kesehatan publik yang berimbas pada massive fear (kekhawatiran publik secara besar-besaran).
Lalu, apakah peristiwa kelam lima tahun lalu akan terulang kembali? Apakah kita perlu khawatir dengan pemberitaan akan adanya potensi wabah yang mulai merebak ini?
Artikel ini mengajak para pembaca untuk memahami fenomena ini secara lebih menyeluruh serta mencermati informasi yang diperoleh mengenai wabah HMPV tersebut. Berbagai sumber terbuka menyebutkan bahwa HMPV bukanlah penyakit baru dan merebak pertama kali di tahun 2001. Sejumlah penelitian juga mengindikasikan bahwa HMPV bukan penyakit yang fatal. Berangkat dari gagasan tersebut, setidaknya ada tiga alasan empiris mengapa kita tidak perlu khawatir dengan potensi wabah HMPV.
Pertama, HMPV merupakan seasonal epidemic. Artinya, jumlah kasus HMPV mengalami peningkatan hanya selama periode tertentu di suatu wilayah tertentu dan akan kembali menurun secara musiman (siklus). Beberapa penelitian telah membuktikan argumentasi tersebut:
– Penelitian di Australia menemukan bahwa kasus HMPV merupakan suatu siklus yang mengalami peningkatan di akhir musim dingin (pada bulan September) dan mengalami penurunan kembali di bulan Oktober atau November selama empat tahun berturut-turut (2001-2004).[1]
– Kanada juga pernah melakukan penelitian pada tahun 2001-2002 dan menemukan bahwa terdapat pola siklus di mana peningkatan terjadi di bulan Februari-Maret (musim dingin).[2]
Bahkan, terdapat pula penelitian mengenai HMPV yang telah dilakukan di Tiongkok dan hasil penelitian tersebut sama dengan penelitian yang dilakukan negara lainnya: merupakan seasonal epidemic yang terjadi secara siklus dengan peningkatan sekitar selama musim dingin. Salah satu contoh penelitian di Tiongkok tersebut dilakukan di Suzhou periode 2006-2009.[4]
Kedua, terdapat indikasi bahwa risiko terkena infeksi pernafasan akut atau Acute Respiratory Infections (ARI) oleh virus HMPV lebih kecil dibandingkan oleh virus influenza. ARI acapkali menjadi momok yang menyebabkan ketakutan publik. Karena pasien yang terdeteksi ARI sebagian besar perlu penanganan medis secara khusus dan berisiko mengganggu pernafasan hingga meninggal dunia.
Data dari Chinese Center for Disease Control and Prevention (China CDC) menunjukkan bahwa angka risiko virus HMPV terhadap ARI mencapai 4,1%, jauh di bawah angka risiko virus influenza terhadap ARI yang mencapai 28,5%. Artinya, orang yang terkena virus influenza justru lebih rentan terkena ARI dibandingkan pasien yang terkena HMPV. [5]
Tidak hanya di Tiongkok saja. Penelitian meta-analisis dari data di sejumlah negara menemukan hasil yang serupa: pasien yang terpapar virus influenza lebih berisiko terjangkit infeksi pernafasan akut dibandingkan dengan yang terjangkit virus HMPV. Angka risiko virus HMPV terhadap ARI sekitar 6,24%, sementara virus influenza mencapai 7,8%.[6] Dengan kata lain, virus HMPV tidak seberbahaya virus influenza, sementara virus influenza itu sendiri telah merebak dan berkembang variannya, namun kita cukup lumrah dalam menghadapi virus influenza.
Ketiga, tidak ada pemerintah negara mana pun yang mengeluarkan status state of emergency (kondisi darurat) terhadap merebaknya kasus HMPV tersebut. Bahkan Organisasi Kesehatan Dunia atau World Health Organization (WHO) juga tidak mendeklarasikan kasus tersebut sebagai kondisi darurat.
Setidaknya terdapat dua negara, yaitu Tiongkok dan India, yang telah menyatakan bahwa merebaknya kasus HMPV tidak perlu dikhawatirkan. Kementerian Luar Negeri Tiongkok telah menyatakan bahwa wabah HMPV merupakan winter occurrence yang awam terjadi di musim dingin sehingga tidak perlu menimbulkan kepanikan, senada dengan yang disampaikan oleh Kementerian Kesehatan India.[7]
Berdasarkan tiga alasan tersebut, merebaknya kasus HMPV ini dapat dikatakan sebagai kondisi yang awam terjadi sehingga tidak perlu ditakutkan dan kemungkinan untuk menjadi pandemi (seperti pandemi covid-19) sangat kecil. Tentu akan janggal apabila selama lebih dari 20 tahun epidemi HMPV terjadi, lalu tiba-tiba membesar menjadi pandemi global tanpa ada faktor natural yang mempengaruhinya.
Selain HMPV, kemunculan virus H5N1 (flu burung) juga sempat muncul di banyak pemberitaan. Kemunculan ini juga patut dipertanyakan apakah ini sesuatu yang menakutkan atau tidak. Mengingat California (salah satu negara bagian di Amerika Serikat) telah menetapkan status darurat, sementara jumlah kasus hanya sedikit. Belum ada tanda-tanda penularan melalui manusia (human-to-human).
Untuk itu, kita perlu cermat dan kritis dalam melihat peristiwa yang terjadi. Termasuk menyikapi banyaknya pemberitaan mengenai merebaknya wabah HMPV yang sering dikaitkan pandemi Covid-19, sehingga kita lebih bijak dalam menyikapinya. Virus pada dasarnya adalah self-limiting disease. Virus akan hilang dengan sendirinya, seiring dengan peningkatan daya tahan tubuh orang yang terjangkit virus tersebut. Meningkatkan daya tahan salah satu caranya dengan mengkonsumsi jamu ramuan herbal tradisional Indonesia.
Dengan meminum jamu, kita kembali kepada jati diri bangsa kita yang telah sejak zaman dahulu telah hidup dengan bahan-bahan alami.
Jika ingin membuat jamu sendiri di rumah, dapatkan resep jamu meningkatkan daya tahan tubuh yang ada dalam buku Jamu, Resep Kuno untuk Kesehatan Manusia Modern.
I Made Diangga Adika Karang
Wakil Ketua Bidang Riset dan Kajian
Referensi:
[1] “Human Metapneumovirus, Australia, 2001-2004,” Center for Disease Control and Prevention, Human Metapneumovirus, Australia, 2001–2004 – Volume 12, Number 8—August 2006 – Emerging Infectious Diseases journal – CDC
[2] “Human Metapneumovirus in the Canadian Population,” Public Media of National Library of Medicine, https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/14532196/#:~:text=A%20total%20of%20445%20specimens,young%20children%20and%20elderly%20individuals.
[3] “The Emergence, Impact, and Evolution of Human Metapneumovirus Variants from 2014-2021,” Journal of Infection, https://www.sciencedirect.com/science/article/pii/S0163445323002621
[4] “Seasonal Distribution and Epidemiological Characteristics of Human Metapneumovirus Infections in Pediatric Inpatients in Southeast China,” Archives of Virology, https://link.springer.com/article/10.1007/s00705-012-1492-7
[5] “What You Should Know About HMPV?” Chinese Center for Disease Control and Prevention, https://en.chinacdc.cn/health_topics/infectious_diseases/202307/t20230719_267896.html
[6] “Human Metapneumovirus in Patients Hospitalized with Acute Respiratory Infections: A Meta-analysis,” National Library of Medicine, https://pmc.ncbi.nlm.nih.gov/articles/PMC7106388/
[7] “China Calls HMPV Outbreak ‘Winter Occurrence’, India says ‘Don’t Panic’,” NDTV, https://www.ndtv.com/world-news/hmpv-virus-centre-says-dont-panic-china-calls-it-winter-occurrence-7396197