Skip to main content

Tradisi meramu jamu yang diwariskan oleh nenek moyang mengajarkan kita bahwa hidup sehat bisa dimulai dari tanah tempat kita berpijak. Sejak dahulu, nenek moyang kita telah terbiasa meracik obat dengan memanfaatkan akar, umbi, batang, daun, biji, dan buah dari tanaman rempah dan herbal yang ada di sekitar. Tradisi ini kemudian lalu memudar dan nyaris tidak dikenali lagi seiring maraknya pengobatan medis yang dianggap lebih canggih. 

Pusaka Indonesia sebagai sebuah perkumpulan kebangsaan, terus berupaya menghidupkan kembali tradisi pengobatan herbal dengan memanfaatkan resep kuna yang masih relevan dengan manusia modern saat ini. Sebagai wadah belajar untuk para kadernya, Pusaka Indonesia membentuk bidang Akademi Herbal Nusantara (AHN). Di AHN, pada kader bisa lebih mengetahui manfaat herbal, mengenali jenis tanaman obat secara lebih mendalam, serta mengurai manfaat tanaman herbal secara holistik. AHN juga mendorong pemanfaatan herbal sebagai first aid dalam membangun kesehatan keluarga dan menyelenggarakan kegiatan belajar meramu jamu. 

Sebagai bagian dari proses pembelajaran, Kader Pusaka Indonesia Wilayah Bali pada 28 Juni 2025 lalu menyelenggarakan kegiatan belajar meramu jamu di Rumah Pusaka Indonesia (RPI) Ubud, Bali. Harapannya, setelah proses belajar, ilmu yang diperoleh bisa dipraktikkan di lingkup keluarga dan menjadi inspirasi di lingkungan terdekatnya. Kegiatan ini dikoordinir oleh Kader PI Bali, Novera Wahju Irawati dan Pande Ketut Dewi Supastini. 

Baca juga: Kenalkan Jamu pada Anak-Anak, Cara Lestarikan Warisan Nusantara

Ketua Wilayah Pusaka Indonesia Wilayah Bali, Gede Vernanda Satria Dita menuturkan, kegiatan meramu jamu ini dilaksanakan sebagai langkah awal membudayakan meramu jamu yang dimulai dari kader internal. “Mengajarkan proses pembuatan jamu dan memberikan pengalaman merasakan jamu agar terbiasa,” ungkapnya. Praktik kali ini membuat dua resep jamu, yaitu jamu penambah stamina dan jamu batuk flu demam. Bahan yang digunakan adalah jahe, kunyit, kencur, dan serai. Bahan-bahan tersebut merupakan hasil panen dari  Kebun Surgawi (KS) 78 dan KS 81, yang ditanam dengan metode Sigma Farming.

Kegiatan dimulai dengan sesi sharing dari Koordinator Bidang Sigma Farming Academy, Ni Kadek Dwi Noviyani, yang berbagi pengalaman tentang bagaimana mengenali dan memilih bahan jamu dari tanaman rimpang, sereh, asam, dan bahan lainnya. Selain itu, Novi juga menjelaskan perbedaan rimpang kunyit dan temulawak.  Para kader yang hadir antusias mengikuti sesi.

Kegiatan meramu jamu oleh Kader Pusaka Indonesia wilayah Bali dan sekitarnya

Kegiatan meramu jamu oleh Kader Pusaka Indonesia wilayah Bali dan sekitarnya

Ira sendiri, mengaku telah terbiasa minum jamu, terutama kunyit asam dan beras kencur. Pada masa pandemi Covid-19 beberapa tahun lalu, hampir tiap hari ia mengkonsumsi jamu. Ketika Pusaka Indonesia mengadakan Kelas Herbal, ia mulai ikut belajar herbal lebih dalam, karena secara pribadi ia sudah merasakan manfaatnya. “Walaupun sudah sering membuat jamu sendiri di rumah, ini adalah pengalaman pertama saya terlibat langsung dalam acara meramu jamu. Jadi saya merasa sedikit tegang,” ungkap Ira.

Berbeda dengan Ira, ini adalah pengalaman pertama Dewi meramu jamu secara langsung. Biasanya ia membeli jamu sachet yang tinggal seduh lalu diminum. Setelah belajar dan praktik membuat jamu, ia semakin tertarik untuk lebih mengenal manfaat jamu dan tergerak untuk membuat sendiri di rumah. “Lewat kegiatan ini, saya belajar mengenali herbal yang baik dengan mencium baunya, melihat bentuk, dan tingkat kematangan,” kata Dewi. Ia juga mengungkapkan, karena jamu yang dibuat terasa segar dan enak, maka ia akan mengganti kebiasaan minum kopi dengan membuat jamu sendiri. 

Baca juga: Lima Herbal Ampuh untuk Tingkatkan Daya Tahan Tubuh

Meramu jamu merupakan kegiatan yang dapat menumbuhkan kesadaran akan pentingnya menjaga kesehatan secara alami. Kebiasaan ini tidak hanya mengenalkan kembali warisan budaya leluhur, tetapi juga mengajarkan bahwa solusi kesehatan bisa diperoleh dari bahan-bahan alami. Di samping itu, selain berkhasiat, keunggulan herbal selain murah, mudah didapat, juga minim efek samping bagi tubuh.  

Ramuan jamu Batuk, Flu, dan Demam

Ramuan jamu batuk, flu, dan demam

Berikut resep jamu yang dibuat di RPI Ubud:

  1. Jamu Batuk, Flu dan Demam

Alat yang dibutuhkan:

  1. Kompor
  2. Panci jamu
  3. Saringan
  4. Gelas ukur
  5. Talenan
  6. Pisau

Bahan: 

  • Jahe 2 ruas. Iris/memarkan
  • Kencur 2 ruas. Iris/memarkan
  • Temulawak 1 ruas. Iris tipis
  • Kunyit 1 ruas. Iris tipis
  • Serai 1 buah. Geprek/iris
  • Asam jawa 1 sdm atau sesuai selera
  • Gula aren 1 sdm
  • Air 400 ml

Cara membuat:

Didihkan air, lalu masukkan seluruh bahan, kecuali gula aren. Kecilkan api dan rebus selama 10-15 menit. Tambahkan gula aren, aduk rata lalu matikan kompor. Saring, dan siap dinikmati hangat atau dingin.

  1. Jamu meningkatkan stamina

Bahan: 

  • Teh hitam 1 sdm
  • Serai 1 buah. Geprek/iris
  • Kayu manis 1 jari
  • Gula aren sesuai selera
  • Air 3 gelas

Cara membuat:

Rebus air bersama teh, kayu manis, dan serai. Setelah mendidih, ‘matikan kompor’ lalu masukkan gula aren dan aduk rata. Diamkan hingga dingin lalu saring.

Resep-resep jamu lainnya dapat ditemukan dalam buku ‘Jamu: Resep Kuna Untuk Kesehatan Manusia Modern’ yang diterbitkan oleh Pusaka Indonesia. 

 

Ni Kadek Ayu Rinawati
Kader Pusaka Indonesia Wilayah Bali dan sekitarnya