Rempah-rempah telah menjadi bagian tak terpisahkan dari bangsa Nusantara sejak ribuan tahun silam. Nenek moyang kita percaya rempah tidak hanya memberi cita rasa pada masakan, tapi juga memiliki manfaat bagi kesehatan tubuh. Pada era perdagangan dengan jalur laut, rempah-rempah dari Nusantara menjadi komoditas penting yang senantiasa dicari oleh bangsa asing.
Pusaka Indonesia selaku sebuah perkumpulan kebangsaan yang mewadahi aksi-aksi cinta tanah air, memiliki perhatian khusus terhadap pelestarian warisan luhur Nusantara. Salah satu bidang di Pusaka Indonesia adalah Akademi Herbal Nusantara (AHN) yang fokus pada upaya mengembalikan tradisi jamu dan herbal peninggalan nenek moyang. Lewat AHN, Kader Pusaka Indonesia belajar mengenal dan memanfaatkan tanaman herbal dengan dibimbing langsung oleh dr. Prapti Utami, seorang dokter yang sudah lebih dari 24 tahun mendalami herbal.
Retno Sulistyowati, Kader Pusaka Indonesia DKI–Banten yang juga seorang acaraki yang mengelola Warisan Otentik, memaparkan hal ini lebih lanjut lewat Obrolan Komunitas yang disiarkan melalui RRI Jakarta. Retno menuturkan, setiap rempah memiliki khasiat dan nilai budaya yang layak untuk dilestarikan. Beberapa contoh rempah di dapur yang dapat dimanfaatkan untuk kesehatan adalah cengkeh, kapulaga, dan kayu manis.
Baca juga: Mengenal Herbal Kaya Manfaat dari Dapur: Kelor, Jahe, Serai, dan Lemon
Retno menjelaskan bahwa setiap jenis rempah mempunyai karakter unik dan khasiat yang berbeda-beda:
- Cengkeh memiliki sifat antiseptik, antioksidan, analgesik, antimikroba, dan anti inflamasi. Oleh karena itu, cengkeh bermanfaat untuk meredakan sakit gigi, meningkatkan imun tubuh, mengatasi infeksi saluran pernafasan, serta membantu mengatur kadar gula darah.
Cengkeh
- Kapulaga memiliki anti inflamasi, antioksidan, dan diuretic yang berkhasiat untuk menjaga kesehatan pencernaan, menyehatkan jantung, menyegarkan nafas, dan menjaga kesehatan mulut. Aroma khas kapulaga juga dapat membantu untuk menenangkan, meredakan stres, bahkan meningkatkan fungsi otak.
Kapulaga
- Kayu manis memiliki sifat anti inflamasi, anti bakteri, dan anti jamur yang dapat meredakan nyeri haid, menjaga kesehatan otak, dan meningkatkan kesehatan pencernaan. Kayu manis juga kaya akan polifenol, sejenis anti oksidan kuat yang dapat melawan kerusakan akibat radikal bebas.
Kayu manis
Ketiga bahan rempah ini, bila digabungkan, berkhasiat memberikan rasa hangat pada tubuh, memperkuat daya tahan, melancarkan peredaran darah, membantu melancarkan pencernaan, dan menenangkan sistem saraf. Retno menambahkan, bagi ibu rumah tangga yang suka memasak, pemakaian rempah seperti kapulaga, cengkeh dan kayu manis, bukan hal yang asing. “Rempah-rempah tersebut biasa dimanfaatkan sebagai bumbu pelezat untuk masakan rendang, malbi, sup, dan gulai,” jelasnya.
Selain untuk bumbu masakan dan bahan jamu, rempah juga bisa digunakan untuk campuran minuman. Teh, kopi, dan susu, dapat dicampurkan dengan kayu manis dan kapulaga, lalu ditambahkan madu sebagai pemanis. Takaran yang dianjurkan untuk satu kali seduh adalah:
- 1 gelas air (200-250 ml)
- 1-3 buah cengkeh
- 1-2 buah kapulaga
- 1-3 ruas buku jari kayu manis
Dalam mengkonsumsi minuman herbal, Retno menyarankan agar dimulai dari dosis terkecil lebih dahulu. Misalnya, cengkeh 1 butir, kapulaga 1 butir, dan kayu manis 1 ruas. “Langkah selanjutnya adalah mengamati reaksi tubuh apakah nyaman atau tidak. Peningkatan dosis dapat dilakukan secara bertahap berdasarkan hasil observasi tubuh,” jelasnya.
Baca juga: Mengenali Tanaman Herbal Paling Powerful dari Sekitar Kita
Sementara itu, untuk memastikan rempah-rempat tetap awet, Retno juga memberikan tips-tips dalam penyimpanan. “Banyak yang belum menyadari bahwa penyimpanan yang kurang tepat dapat menghilangkan aroma, rasa, bahkan khasiatnya,” jelasnya. Oleh karena itu, tambahnya, sangat penting untuk mengetahui cara menyimpan rempah agar khasiatnya tetap optimal meskipun disimpan dalam jangka waktu lama.
Salah satu tips yang ia berikan adalah, rempah-rempah sebaiknya disimpan dalam wadah kedap udara, seperti toples kaca yang dilengkapi seal. Atau bisa juga disimpan dalam wadah apapun asalkan kedap udara. Wadah sebaiknya ditaruh di tempat yang sejuk agar minyak atsirinya tidak menguap dan aromanya tetap terjaga. Pengawet silica juga bisa ditambahkan di dalam toples. Menurut Retno, rempah yang dikeringkan dengan kualitas yang bagus bisa bertahan sampai dengan 2 tahun. “Namun ketika sudah mulai berjamur, jangan digunakan lagi. Lalu untuk proses pengeringan, sebaiknya dijemur di bawah matahari dan ditutup kain hitam sehingga bisa menyerap panas lebih cepat.”
Di akhir obrolan, Retno mengajak agar kita semua kembali berbudaya sesuai jati diri bangsa, salah satunya adalah dengan mengembalikan tradisi minum jamu. “Minum jamu bukan sekadar untuk menjaga kesehatan atau pengobatan, tapi juga sebuah gerakan kembali ke akar, kembali ke herbal sebagai wujud syukur kita terlahir di Bumi Pertiwi,” pungkasnya.
Irma Rachmi
Kader Pusaka Indonesia DKI-Banten