Skip to main content

“Sekolah” kata yang tidak asing di telinga kita, tempat para murid belajar menempuh pendidikan. Namun ada satu sekolah yang berbeda dengan sekolah akademik lainnya. Sancaya, itulah nama dari sekolah inklusif yang berada di daerah Pandak Gede, Tabanan.  Didirikan pada tahun 2018 oleh seorang perempuan hebat  dengan tujuan memastikan bahwa setiap anak  memiliki kesempatan mengembangkan potensi mereka.

Minggu pagi aku berada di tempat ini. Kedatangan sosoknya selalu disambut hangat oleh anak-anak Sancaya. “Miss Nabila……..,” sahut mereka dengan gembira sambil menghampiri beliau. 

Ya itulah Nabila Nurfatkhiyah atau sering disapa Miss Nabila, 35 tahun. Berpakaian gaul dengan warna kulit sawo matang, wajahnya dihiasi senyuman. Ia adalah founder sekaligus guru di sekolah Sancaya Indonesia ini.

Tanggal 30 Juni 2024, Sancaya menjadi tempat liputan untuk Kelas Jurnalisme Pusaka Muda. Ketika kelas ini mulai, Nabila mengajak kami semua untuk tur mengelilingi tempat tersebut. Terlihat dari gaya bangunan yang berbeda dengan sekolah pada umumnya, sekolah ini berpemandangan sawah, kebun dan memiliki sungai kecil yang mengalir di sekelilingnya. Asri. “Sancaya ini adalah sekolah inklusif yang mana artinya sekolah ini menerima murid tanpa memandang apakah mereka normal atau anak berkebutuhan khusus semuanya bisa bersekolah di tempat ini,” terang Nabila.

Sancaya, sekolah ini dibangun dengan  kerja keras dari usaha Nabila. Berawal dari dirinya di masa lalu yang mempertanyakan dirinya mengapa terlihat berbeda. Hingga akhirnya ia menyadari bahwa dia merupakan penderita ADHD (Attention Deficit Hyperactivity Disorder) sejak kecil, namun baru mengetahuinya setelah dewasa. Orang tua yang pada waktu itu tidak menyadari anaknya berkebutuhan khusus, mendidiknya seperti orang normal, namun karna super aktif dan tidak tahan dengan kenakalan yang dibuat anaknya hingga akhirnya sering dimarahi. 

Sehingga dari sanalah ia belajar untuk bisa menangani dan mengajar anak berkebutuhan khusus yang selama ini tidak disadari dan dipahami banyak orang. Melalui pengajaran yang didapatkan tersebut beliau ingin membagikan dan mengedukasi banyak orang agar bisa mengubah cara pandang orang terhadap anak berkebutuhan khusus sehingga kejadian yang pernah ia alami waktu kecil bisa diminimalisir. 

Sebelum membangun Sancaya, Nabila mengajar di sekolah internasional, dan ia mengajar anak berkebutuhan khusus hingga akhirnya mendirikan sendiri sebuah sekolah inklusif. Namun, dalam menciptakan sesuatu perlu perjuangan yang tidak mudah. Nabila pernah mengajar anak-anak warga asing dari pukul 17.00 sore sampai 2.00 pagi dengan bayaran 15 dollar setiap jamnya dan telah mengajar sebanyak 2.000 jam. Dari penghasilan itulah kebutuhan dana di Sancaya bisa dipenuhi.

“Dulu sekolahnya cuma satu gubuk kecil itu aja, loh,” ucap Nabila sambil tersenyum. Gubuk kecil dengan gaya bangunan joglo itu jadi saksi bagaimana perjuangan Nabila untuk melebarkan dan mengembangkan Sancaya menjadi lebih baik. 

Memahami Anak Berkebutuhan Khusus

anak-anak sedang berkebun

Tur masih berlanjut dan ketika Nabila menjelaskan mengenai anak berkebutuhan khusus aku baru mengetahui hal baru.  

“Otak anak berkebutuhan khusus itu berbeda, maksud berbeda itu bukan berarti ada kecacatan, tapi setting otaknya berbeda. Anggaplah seperti sebuah komputer. Kalau anak normal komputernya itu sudah disetting, sehingga tinggal mengikuti saja program dari settingan komputer tersebut. Berbeda dari anak berkebutuhan khusus yang mana komputer tersebut belum tersetting sehingga perlu bantuan luar untuk menyettingnya. Nah, dari sinilah perlu yang namanya terapi,” ucap Nabila.

Dari sini aku menyadari bahwa terapi sangat begitu penting bagi anak berkebutuhan khusus. Terlihat sangat sederhana bagi orang normal, namun bagi anak berkebutuhan khusus merupakan latihan bagi mereka dalam pengembangan sarafnya.

“Nah, setiap anak berkebutuhan khusus itu penanganannya berbeda, jadi kita harus tahu bagaimana cara membuat mereka mau mendengarkan kita,” jawab Nabila. Dengan cara yang digunakan Nabila, anak-anak ini mau mendengarkan karena merasa nyaman dan diperlakukan atau dijelaskan dengan baik.

Gaya pembelajaran Miss Nabila yang lebih santai dan berbicara dengan anak-anak layaknya teman menciptakan kepercayaan dan rasa nyaman untuk terbuka dan jujur pada diri anak-anak. Hal ini terlihat sangat sepele namun bagi anak-anak mereka merasa dihargai sehingga mampu membangun kepercayaan diri mereka. Di sini peran seorang pengajar sangat penting, bagaimana seorang pengajar bisa menangani anak-anak tanpa langsung men-judge dan kebawa emosi yang buruk.

Program pembelajaran yang diberikan juga lebih mengajak anak-anak untuk belajar di alam, tidak perlu banyak teori mereka langsung diajak untuk praktik seperti berkebun, membersihkan sampah, mengenal herbal, membuat eco enzym dan lainnya, sehingga hal-hal yang diketahui tidak hanya tahu dari buku saja, namun benar-benar mengetahui secara nyata. 

Lingkungan tempat anak-anak bisa belajar dan bermain dengan sukacita merupakan harapan bagi kita semua untuk melihat generasi bangsa memiliki kesadaran yang lebih baik. Sekolah hebat ini tentunya tidak lepas dari perjuangan seorang wanita yang berdedikasi dengan tulus. Dengan ketulusan dan mental tidak menyerah sesuatu hal tidak akan menjadi mustahil.

Diah Arnila

Peserta Kelas Jurnalisme Pusaka Muda Bali