Skip to main content

Sejumlah mahasiswa semester 5 dari Program Studi Pendidikan Masyarakat, Universitas Siliwangi, Tasikmalaya, Jawa Barat, melaksanakan pengabdian masyarakat melalui program Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM) Proyek Kemanusiaan. Kegiatan ini berlangsung di Kelurahan Kahuripan, RW 17 Cikalang Girang, dengan tujuan mendorong kolaborasi nyata antara mahasiswa dan masyarakat dalam menghadapi tantangan sosial.

Baca juga artikel Pusaka Indonesia Libatkan Peran Aktif Mahasiswa dalam Pengelolaan Sampah Lewat Kunjungan ke TPA Ciangir Tasikmalaya

Proyek ini merupakan bagian dari kebijakan Kampus Merdeka yang diinisiasi oleh Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi, yang memberi kesempatan mahasiswa belajar di luar kampus sekaligus berkontribusi bagi masyarakat. Selama lebih dari sebulan, para mahasiswa terlibat aktif di tengah masyarakat dengan fokus utama pada edukasi pengelolaan sampah melalui program Emas Sampah (Edukasi Masyarakat Sadar Sampah). Program tersebut meliputi kegiatan analisis permasalahan, implementasi program; dongeng interaktif, penyuluhan, pelatihan, dan kerja bakti lingkungan.

Ketua Karang Taruna RW 17 Cikalang Girang, Ziad Noor mengatakan, “Kesadaran warga terhadap pengelolaan sampah di lingkungan ini memang belum maksimal. Anak – anak kecil masih sering membuang sampah kemasan jajanan ke aliran sungai. Diperlukan cara yang menarik untuk edukasi kepada mereka,” katanya.

Mahasiswa Universitas Siliwangi bersama anak-anak TK At-Taqwa.jpg

Sebagai salah satu metode edukasi yang menarik, mahasiswa memperkenalkan dongeng interaktif berjudul “Sungai Bukan Tempat Sampah” kepada anak-anak TK At-Taqwa. Dongeng ini bertujuan meningkatkan kesadaran lingkungan dan mengajarkan pentingnya menjaga kebersihan sungai kepada anak-anak sejak dini. 

Mahasiswa juga mengadakan penyuluhan yang berkolaborasi dengan komunitas Tawang Gesit (Wangsit). Dalam kegiatan ini, Asep Sakti Nugraha, S. Sos., M. Sos., membawakan materi “Perspektif Budaya dalam Pengelolaan Sampah” untuk meningkatkan pemahaman masyarakat tentang pentingnya pengelolaan sampah secara berkelanjutan. Ketua RW 17, Suwarto, mengapresiasi penyuluhan ini, “Kegiatan ini menjadi awal yang baik untuk menangani permasalahan di RW 17, khususnya persoalan sampah,” ujarnya.

Kegiatan pelatihan melibatkan Dinas Lingkungan Hidup Kota Tasikmalaya dan Komunitas Pusaka Indonesia. Pelatihan ini mengajarkan warga cara mengolah sampah organik menjadi pupuk kompos dan cairan Eco Enzyme. Tujuannya adalah mengelola sampah langsung dari sumbernya serta memanfaatkan kembali sampah organik rumah tangga menjadi produk yang bermanfaat bagi masyarakat.

Kegiatan terakhir yang dilakukan yaitu kerja bakti lingkungan serta melakukan kocor cairan Eco Enzyme di aliran sungai Cibadodon. Kegiatan ini bertujuan untuk memupuk semangat gotong-royong warga dalam menjaga kebersihan lingkungan.

Baca Juga artikel Gelora Sigma Farming dari Tasikmalaya

Ketua RW 17, Suwarto, menyampaikan rasa terima kasihnya kepada para mahasiswa. “Program ini sangat membantu masyarakat kami, terutama dalam meningkatkan kesadaran akan pentingnya pengelolaan sampah. Kami merasa terbantu dengan adanya mereka di sini. Diharapkan, inisiatif seperti ini dapat terus berlanjut dan menjadi jembatan antara dunia akademik dan kehidupan nyata, sehingga mahasiswa dapat menjadi agen perubahan yang membawa manfaat nyata bagi masyarakat luas,” tuturnya.

Masyarakat RW 17 berharap program serupa dapat terus dilaksanakan untuk meningkatkan kualitas hidup mereka di masa depan. Semangat mahasiswa dalam menjalankan program Emas Sampah menjadi inspirasi untuk terus menebar kebaikan demi Indonesia yang lebih maju!

Baca juga artikel lainnya di sini 

 

Ahmad Ghilman Matin, Nadhifa Nuraini Putri, Julianti Ratnasariningsih

Mahasiswa Pendidikan Masyarakat Universitas Siliwangi, Tasikmalaya, Jawa Barat