Skip to main content

Kelestarian budaya daerah kini sudah jarang ditemui di kota kota besar. Seiring perkembangan zaman dan teknologi anak muda kini mulai beralih minat ke gadget. Di pasar seni Ubud, tepatnya di wantilan Pura Desa Ubud ternyata masih ada pelestarian budaya, yakni sanggar tari. Sanggar yang diberi nama Sanggar Tedung ini rutin menggelar latihan di hari Sabtu dan Minggu, dan dilakukan secara gratis. Lokasi wantilan yang berada di pusat keramaian Ubud ini menjadi daya tarik tersendiri bagi para wisatawan.

Keberadaan sanggar ini tidak sengaja kami temukan saat mendatangi Pasar Seni Ubud, pada Minggu 24 Maret 2024. Mata kami langsung tertumbuk pada sekelompok anak-anak yang sedang berlatih menari. Sanggar Tedung ini diurus oleh I Kadek Puriartha S. Sn, M. Sn selaku pengajar tari. Selain sebagai pengajar tari, Puriartha juga berprofesi sebagai seorang dosen di Institut Seni Indonesia, Denpasar. 

Dia bercerita, menjadi pelatih sanggar adalah panggilan, karena merupakan warisan orang tuanya. Sanggar Tedung ini hadir untuk meningkatkan minat generasi muda akan kesenian tradisional Bali.

Pelestarian budaya ini salah satunya adalah lewat seni tari daerah. Generasi muda yang tidak memiliki minat terhadap kesenian tradisional dan dari sisi para orang tua yang kurang memahami pentingnya mendorong anak-anaknya mempelajari seni tradisi. Alasan orang tua tidak mendukung anaknya, karena mereka tidak memiliki waktu yang cukup untuk mengantar anaknya belajar menari. Anak anak juga kurang memiliki minat dalam belajar tari karena pola ajar yang keras dari guru tari. Inilah penyebab berkurangnya minat generasi muda untuk melestarikan budaya. 

Pria yang kerap disapa Kadek ini mencoba menarik minat anak anak dengan mengganti pola ajar yang keras menjadi pola ajar pendekatan. Dirinya berusaha menjadi teman untuk anak- anak, hal ini berhasil ia terapkan dan banyak anak anak mulai tertarik belajar tari. 

Usaha yang dilakukan Sanggar Tedung ini membuahkan hasil dan juga didukung oleh masyarakat lokal. Salah seorang dari orang tua penari mengatakan, “Sudah seharusnya kita melestarikan budaya kita, orang luar dari jauh saja mau belajar seni tari Bali, malu dong, kita orang Bali malah nggak bisa,” ujar Putu Ena. Meskipun yang dilakukan sanggar ini terbilang cukup berhasil, namun tentunya Sanggar Tedung membutuhkan dukungan dari semua elemen masyarakat dan pemerintah agar tetap bisa meneruskan pelestarian budaya Bali ini.

 

Penulis: I Gusti Ngurah Giri Natha, Ni Made Ardiani,Ni Wayan Sukma Widiantari, Ida Ayu Made Bintang Ardani, Ida Ayu Komang Cening Pratista Sari, Narajati Pilar Sidharta

Tulisan tersebut dihasilkan dari Kelas Jurnalisme Pusaka Muda untuk Pelajar SMA dan Mahasiswa Bali yang diselenggarakan oleh Pusaka Indonesia pada 17 dan 24 Maret 2024 di kawasan Ubud, Gianyar.