Gerakan lincah para penari Soyong dengan kipas dan selendangnya, serta alunan musik yang rancak menjadi salah satu persembahan istimewa pada Sendratari Neng Ning Nung Nang yang diselenggarakan Pusaka Indonesia pada 24 Oktober 2025. Tari kipas asal Jawa Timur ini melengkapi cerita Sendratari yang mengangkat keluhuran filosofi dan budaya bangsa Nusantara dalam wujud seni tari. Tarian ini akan dibawakan oleh 4 orang kader Pusaka Indonesia Wilayah Yogyakarta.
Titya Soemarsono, salah satu penari yang akrab disapa Tya, menceritakan proses latihan untuk persiapan tampil di atas panggung. Meski gerakannya telah dipelajari sejak beberapa bulan lalu, para penari harus belajar lagi untuk menyempurnakan gerakan, agar detail tarian dan ekspresi dapat ditampilkan dengan lebih optimal. “Kami belajar lagi menjiwai tariannya, tidak hanya menarikan,” tutur Tya yang juga Koordinator Sanggar Seni Pusaka Yogyakarta.
Selain gerakan, ekspresi, dan penjiwaan tarian yang lebih mendalam turut menjadi perhatian. Para penari juga harus belajar make up panggung dan memakai hiasan sanggul secara mandiri. Hal ini merupakan bentuk pemberdayaan agar setiap penari bisa merias dirinya sendiri sebelum tampil di atas panggung. Semangat para penari untuk menampilkan yang terbaik juga ditunjukkan dengan upaya mereka dalam belajar make up panggung dari dasar. Proses ini juga didukung oleh peran guru tari, Endang Setyaningsih, yang juga mengajarkan tata rias panggung secara langsung kepada para penari.
Baca juga: Tari Tenun dan Musik Etnik, Persembahan dari Bali
Tak diduga, meski baru belajar beberapa kali, para penari telah bisa merias wajahnya sendiri serta mampu menata rambut lengkap dengan sanggul dan hiasannya. Mereka pun saling membantu satu sama lain. Dengan persiapan yang lebih menyeluruh ini, tim penari merasa lebih siap untuk memberikan penampilan terbaiknya di atas panggung.

Tari Soyong saat Sendratari Neng Ning Nung Nang di Jakarta
Tya menambahkan, persiapan sendratari kali ini mengasah kemampuan kepemimpinannya dalam mengkoordinasi para penari. “Sebagai koordinator sanggar seni, saya belajar untuk bisa sabar dan pemakluman serta tegas kepada anggota tim jika ada yang datang terlambat,” ungkapnya. Ia juga mengaku belajar manajemen sumberdaya tenaga dan waktu di dalam setiap latihan tari. Selain itu, ia belajar memberikan semangat kepada anggota tim, agar goal (tujuan) dari Bidang Seni Budaya Pusaka Indonesia dalam hal pelestarian budaya dapat tercapai dan terkomunikasikan dengan baik kepada pihak internal dan eksternal.
Sementara itu Mertha Prana, salah seorang penari lainnya yang telah pernah membawakan tarian ini di Pagelaran Indonesia Bahagia turut menuturkan persiapannya untuk tampil di panggung Sendratari. Mertha berharap para penonton bisa menikmati dan meresapi tarian khas Jawa Timur ini. “Saya ingin memperkenalkan ke penonton bahwa ada banyak ragam tarian di Indonesia, salah satunya adalah Tari Soyong ini, yang berasal dari Jawa Timur,” ungkapnya. Meski sudah pernah membawakan tarian ini sebelumnya, Mertha menyatakan persiapannya di pagelaran ini lebih mendetail dan setiap gerakannya sangat diperhatikan oleh pelatih. Ketegasan pelatih membantu persiapan penari agar lebih matang.
Baca juga: Pusaka Indonesia dan Upaya Melestarikan Musik Etnik di Tengah Popularitas Musik Modern
Selain Tari Soyong, ada 5 tarian lain yang ditampilkan pada Sendratari Neng Ning Nung Nang. Dalam Sendratari nanti para penonton tidak hanya menikmati pesona tari-tarian Nusantara yang indah dan beragam, tetapi juga sarat makna dan menggetarkan jiwa. Pertunjukan Sendratari ini adalah sebuah persembahan indah untuk Indonesia.
Bagi Anda yang tertarik untuk menonton tarian ini yang ditampilkan dalam Pertunjukan Sendratari Neng Ning Nung Nang, stay tuned di kanal YouTube Bumi Surgawi.
Wening Fikriyati
Kader Pusaka Indonesia Wilayah Yogyakarta




