Skip to main content

Sistem perekonomian yang berlandaskan pada nilai-nilai luhur Pancasila pada dasarnya merupakan kunci dalam mewujudkan kesejahteraan rakyat dan menjawab tantangan ketimpangan sosial. Ekonomi Pancasila membentuk mekanisme pasar yang menyeimbangkan peran serta pemerintah dan individu dalam mengendalikan perekonomian untuk keadilan dan pemerataan.  

Nilai-nilai inilah yang diterapkan oleh Perkumpulan Pusaka Indonesia dalam menjalankan program-program pemberdayaan bagi para kadernya maupun masyarakat umum. Analis Bidang Riset dan Kajian Pusaka Indonesia, Virine Tresna Sundari, dalam Obrolan Komunitas di RRI Jakarta pada 27 Juni lalu, memaparkan lebih jauh bagaimana Ekonomi Pancasila ini diterapkan di Pusaka Indonesia. 

Virine menjelaskan, salah satu contoh penerapan Ekonomi Pancasila di Pusaka Indonesia, adalah Program Social Entrepreneurship Academy (SEA). Lewat program ini, Pusaka Indonesia menyediakan pelatihan kewirausahaan dan mendampingi kader dalam membangun usaha skala kecil. 

Baca juga: Workshop SEA: Meningkatkan Branding Usaha Melalui Keunikan Produk

Namun, berbeda dengan pelatihan kewirausahaan pada umumnya yang menekankan pada profit, SEA justru menekankan bagaimana usaha bisa memberi manfaat pada lingkungan dan sesama, dengan prinsip kebersamaan dan gotong royong. Para kader diberi pemahaman bahwa semua usaha yang dilakukan adalah demi untuk kesejahteraan bersama, tidak untuk kepentingan individu saja. “Karena kebanyakan orang hanya memikirkan keuntungan sebanyak-banyaknya untuk pribadi saja,” jelas Virine. 

Untuk pemasaran produk-produk yang dihasilkan alumni SEA, Pusaka Indonesia juga menyediakan wadah pemasaran bernama Gemah Ripah Nature’s Corner (GRN). Para kader Pusaka Indonesia, didorong untuk berbelanja kebutuhan sehari-hari dari GRN, sehingga dapat saling membantu antarsesama kader. “Jadi konsepnya adalah dari kami, oleh kami, dan untuk kami,” tutur Virine. 

Tak hanya itu, GRN juga hadir di marketplace Shopee sehingga masyarakat umum bisa membeli produk-produk berkualitas dan ramah lingkungan secara online di sana. 

Pemasaran produk-produk yang dihasilkan alumni SEA oleh Gemah Ripah Nature’s Corner

Pemasaran produk-produk yang dihasilkan alumni SEA oleh Gemah Ripah Nature’s Corner

Lebih jauh, Virine menjelaskan bahwa penerapan Ekonomi Pancasila di Pusaka Indonesia tidak hanya tentang kewirausahaan. Ekonomi Pancasila diterapkan dalam semua kegiatan yang dilaksanakan di tiap divisi. Banyak kegiatan telah diselenggarakan secara swadaya dan bergotong royong, seperti pagelaran seni, sarasehan, kursus kebangsaan, pelatihan pertanian organik selaras alam dengan metode Sigma Farming, pelatihan meracik jamu, hingga pelatihan jurnalistik.  “Kegiatan-kegiatan ini dilakukan dengan tujuan pemberdayaan,” tegas Virine. 

Kegiatan Pusaka Indonesia juga terbuka untuk masyarakat umum. Di Wonogiri, Jawa Tengah, misalnya, Pusaka Indonesia menyelenggarakan pelatihan meracik jamu yang melibatkan kelompok PKK dan RT setempat. Kegiatan ini menjadi sarana mengajarkan ilmu herbal kepada warga sekitar. 

Dalam pelatihan Sigma Farming yang telah diselenggarakan beberapa kali, Pusaka Indonesia juga mengundang kelompok-kelompok tani non-kader untuk ikut serta, membuka ruang kolaborasi dan transfer pengetahuan.

Baca juga: Sigma Farming Academy Sebarkan Metode Pertanian Selaras Alam di Wonogiri

Tantangan Menerapkan Nilai Pancasila 

Menerapkan nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan tidak semudah membalikkan telapak tangan. Menurut Virine, tantangan terbesarnya adalah bagaimana individu benar-benar memahami dan memaknai nilai dari setiap sila Pancasila tersebut. 

Dalam konteks ekonomi, tantangannya adalah bagaimana menumbuhkan kesadaran bahwa segala aktivitas ekonomi seharusnya ditujukan untuk kesejahteraan bersama, bukan demi kepentingan pribadi. 

Virine menilai bahwa budaya Indonesia sebenarnya telah  merepresentasikan nilai-nilai Pancasila. Namun, yang ingin dijembatani oleh Pusaka Indonesia adalah bagaimana menjadikan gotong-royong sebagai nilai budaya yang diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. 

Di sisi lain, tidak dapat dipungkiri bahwa nilai-nilai Pancasila belum sepenuhnya dipahami oleh generasi muda. Nilai-nilai tersebut  tidak lagi banyak diajarkan secara mendalam di sekolah-sekolah. 

Namun, kabar baiknya adalah, saat ini cukup banyak platform yang bisa digunakan untuk menyuarakan nilai-nilai Pancasila tersebut. “Saya lihat Gen Z keingintahuannya sangat tinggi dan terbuka menerima pandangan-pandangan baru. Ini adalah kesempatan bagi kami untuk semakin menyuarakan dan menggaungkan apa yang dimaksud dengan nilai-nilai Pancasila,” tutur Virine. 

Bagi Virine, menyuarakan Pancasila berarti membuat generasi muda lebih sadar bahwa di negeri ini, ada satu sistem yang jika diterapkan bisa membawa pada perbaikan. Selama ini, banyak orang hanya melihat kondisi negeri ini dari satu sisi, bahwa kenyataan belum sesuai harapan. 

Oleh karena itu, Pusaka Indonesia sangat terbuka untuk menjalin kerjasama dengan pihak-pihak lain yang memiliki kepedulian serupa untuk sama-sama menyebarluaskan nilai-nilai Pancasila ini. Salah satu kerjasama yang telah berjalan selama ini adalah dengan Radio Republik Indonesia (RRI). 

Menyalakan Api Pancasila

Sebagai penutup, Virine membagikan pesan yang senantiasa disampaikan oleh Ketua Umum Pusaka Indonesia, Setyo Hajar Dewantoro (Guru SHD). “Beliau selalu berpesan: Nyalakan api Pancasila di dalam dadamu. Jangan pernah berhenti mencintai Indonesia, berikan yang terbaik sekecil apa pun itu.” 

Virine menambahkan, Ketua Umum Pusaka SHD, juga senantiasa mengingatkan bahwa hal-hal kecil jika digabungkan akan menjadi lebih besar. Dan salah satu hal kecil yang bisa kita lakukan adalah dengan selalu menggunakan produk-produk dalam negeri, karena akan memberi manfaat besar dalam membangun Indonesia. 

Lihat juga: Kolaborasi Pusaka Indonesia dengan RRI

 

Aniswati Syahrir
Kader Pusaka Indonesia DKI-Banten