Skip to main content

Banyak orang mengira ketahanan pangan berarti cukup punya stok makanan. Padahal, di balik kenyang yang kita rasakan, ada pertanyaan besar, “Dari mana makanan itu berasal?” Kita tidak bisa berdaulat jika semua bahan pangan didatangkan dari jauh dan membuat kita bergantung pada rantai pasokan yang panjang dan rapuh. 

Makanan terbaik adalah yang tumbuh di tanah kita sendiri. Bukan makanan ultra-proses yang sedang tren di media sosial, bukan pula makanan yang diatur oleh kebijakan yang menyeragamkan. Saatnya kembali ke dapur dan kebun sendiri agar tubuh mendapatkan asupan makanan minuman berbahan alami dan beragam yang tumbuh dari Bumi tempat kita berpijak.

Kesadaran inilah yang menggerakkan Pusaka Indonesia untuk membentuk Tim Riset Kedaulatan Pangan di bawah Bidang Pendidikan dan Pemberdayaan. Saat ini, program percontohan (pilot project) dilakukan di dua wilayah, yaitu Pusaka Indonesia wilayah Bali dan Pusaka Indonesia wilayah DKI – Banten. Tujuannya menghidupkan kembali pangan lokal Indonesia agar tetap lestari dan berdaya bagi masyarakat demi mewujudkan kemandirian pangan. 

Gerakan kedaulatan pangan ini juga berkaitan erat dengan program pertanian organik Sigma Farming Academy melalui realisasi Kebun Surgawi yang dibuat oleh kader-kader wilayah yang tersebar di seluruh Indonesia.  Di sana, para kader menanam, belajar, dan berbagi hasil Bumi dengan kesadaran bahwa menanam berarti menumbuhkan kehidupan.

Salah satu langkah nyata yang dilakukan untuk mencapai tujuan tersebut, yakni dengan mengenalkan singkong atau ketela pohon untuk dikonsumsi. Singkong merupakan salah satu pangan lokal Indonesia yang menjadi sumber karbohidrat yang biasa dikonsumsi nenek moyang kita. 

Menurut Kadek Dwi Noviyani (Novi) kader dan salah satu Tim Riset Kedaulatan Pangan Pusaka Indonesia wilayah Bali, singkong bisa diolah menjadi berbagai olahan tradisional, seperti jajanan dan keripik, serta nasi singkong yang biasa disebut dengan nama nasi cacah di Bali. 

Menurut cerita orang-orang terdahulu, tidak semua masyarakat Bali pada masa itu mengonsumsi nasi dari beras, sebagian justru menjadikan nasi singkong sebagai makanan pokok. Nasi singkong terbuat dari singkong yang dicacah halus atau ditumbuk, kemudian dikukus dan terkadang dicampur dengan sedikit beras saat dimasak. Berikut resep dan cara pembuatannya:

Resep Nasi Singkong “Nasi Cacah

Bahan : 

  • Singkong

Cara membuat :

Singkong dikupas kemudian dicuci bersih. Setelah itu dicacah kecil-kecil atau bisa juga ditumbuk, kemudian dikukus sampai matang.

Selain langsung dikukus, singkong yang sudah dicacah kecil juga bisa dikeringkan terlebih dahulu. Setelah kering, singkong cacah ini bisa tahan lama jika disimpan dan dikukus ketika akan dikonsumsi.

Nasi Cacah, Cita Rasa Kedaulatan Pangan dari Tanah Bali - Pusaka Indonesia (2)

Singkong dicacah tipis-tipis dalam proses pembuatan nasi cacah

Baca juga: Singkong Sigma

Selain menjadi nasi, singkong mentah juga bisa diolah menjadi camilan dengan dikukus atau direbus untuk teman minum kopi atau teh. Singkong bisa menjadi sumber energi yang bagus untuk dikonsumsi karena mudah dicerna oleh tubuh. Singkong juga bebas gluten dan mengandung serat yang cukup tinggi sehingga memberi rasa kenyang yang lebih lama. Sebagai pangan lokal bergizi, singkong bisa menjadi alternatif sehat pengganti nasi.

Kedaulatan pangan bukan sekadar tentang apa yang kita makan, tetapi tentang bagaimana kita menghargai tanah yang menumbuhkannya. Melalui langkah-langkah kecil, seperti menanam singkong, mengolah sendiri, dan menghidupkan kembali resep-resep leluhur, Pusaka Indonesia mengajak kita untuk kembali ‘merdeka dan berdaulat’, dimulai dari dapur, kebun, dan meja makan. 

 

 Ni Kadek Ayu Rinawati
Kader Pusaka Indonesia dan Sekitarnya