Sorgum merupakan salah satu tanaman serealia yang memiliki potensi besar sebagai sumber pangan alternatif. Tanaman ini dikenal tahan terhadap kekeringan, mudah dibudidayakan di lahan marginal, serta kaya akan nutrisi seperti serat, protein, dan antioksidan. Dalam konteks ketahanan pangan nasional, sorgum mulai dilirik sebagai substitusi gandum, yang hingga kini sebagian besar masih diimpor. Selain untuk konsumsi manusia, sorgum juga dimanfaatkan sebagai pakan ternak dan bahan baku industri.
Melihat potensi tersebut, sejumlah pelaku usaha mulai berinovasi mengolah sorgum menjadi beragam produk makanan sehat dan bernilai gizi tinggi seperti roti, kue, biskuit, hingga camilan. Inovasi ini tidak hanya membuka peluang usaha baru, tetapi juga mendorong masyarakat untuk mengadopsi gaya hidup sehat berbasis pangan lokal.

Ficky Yusrini, Kader Pusaka Indonesia Jawa Barat
Salah satu pelaku usaha yang mengembangkan produk berbahan dasar sorgum adalah Ficky Yusrini, Kader Pusaka Indonesia Jawa Barat. Ia memulai perjalanannya melalui program Social Entrepreneur Academy (SEA), yang diinisiasi oleh Pusaka Indonesia. Dalam Obrolan Komunitas RRI Pro 1 Jakarta, 16 Juli 2025, Ficky berbagi pengalamannya mengembangkan kewirausahaan sosial dari bisnis kukis dengan merek Sorde.
“SEA tidak hanya mengajarkan materi kewirausahaan, tetapi juga mengajak peserta mengenali potensi diri dan minat,” ujar Ficky. Di SEA, peserta didorong untuk memiliki ide bisnis yang tidak hanya mengejar keuntungan, tetapi juga memberikan solusi atas permasalahan sosial dan lingkungan.
Ficky mengikuti kelas intensif SEA selama tiga batch berturut-turut, didampingi mentor dalam setiap tahap: mulai dari penggalian ide, penyusunan rencana bisnis, riset pasar, penyusunan SOP, perhitungan HPP, hingga strategi branding dan pemasaran.
Awalnya, Ficky belum memiliki ide bisnis yang jelas. Namun, ia memiliki ketertarikan pada dunia baking, terutama dalam mengeksplorasi berbagai jenis tepung dari tanaman lokal, seperti tepung ubi, singkong, jewawut, hingga ubi. Dari eksperimen tersebut, ia pun mencoba menggunakan tepung sorgum.
Menurut Ficky, sorgum bukanlah tanaman baru. “Dulu kakek-nenek kita di beberapa daerah sangat familiar dengan tanaman ini. Dalam bahasa Jawa disebut ‘cantel’,” jelasnya. Ia pertama kali mengenal sorgum saat mengikuti kegiatan Pusaka Indonesia di Kuningan, Jawa Barat, tempat budidaya sorgum milik Bumi Nusantara Gemahripah (BNGR) yang dikembangkan secara organik. Dari situlah muncul ide untuk mengolah dan memperkenalkan sorgum kepada masyarakat luas melalui sebuah camilan yang disukai kalangan luas.
Ficky mengembangkan kukis dengan merek Sorde, akronim dari sorgum dan ode atau ode untuk sorgum. Kata “ode” dalam dunia sastra berarti pujian atau penghormatan, dan Ficky ingin menjadikan produknya sebagai bentuk penghormatan terhadap pangan lokal berkualitas sekaligus kontribusi bagi ketahanan pangan nasional.
Kukis Sorde menggunakan bahan utama tepung sorgum, dengan campuran mocaf dan pati garut—semuanya dari bahan lokal. Produk ini bebas gluten karena tidak menggunakan tepung terigu, sehingga cocok untuk konsumen dengan intoleransi gluten. Sorde juga tidak menggunakan pewarna dan pengawet, serta menggunakan pemanis alami seperti gula merah tebu atau brown sugar yang masih mengandung banyak mineral.
Sorde hadir dalam tiga varian rasa, yakni Jan Hagel (aroma kayu manis), Spekulas (rasa rempah-rempah), dan Lemon (dengan lemon asli). Tekstur kukis ini juga unik: garing di luar, lembut di dalam—memberikan sensasi berbeda dari kukis terigu.
Perjalanan Ficky dalam membangun Sorde tidak selalu mulus. Di awal, produknya dianggap aneh, bahkan banyak yang mengeluh karena kukis terasa “seret” di tenggorokan—berbeda dari kukis berbahan terigu. Harganya pun lebih mahal karena bahan baku seperti sorgum belum banyak dibudidayakan. Dalam mengembangkan usaha, ia banyak belajar dari proses trial & error dan masukan konsumen.
Namun Ficky menyadari, menjadi wirausahawan berarti juga memperbaiki karakter diri. Ia juga mengalami berbagai tantangan pribadi, seperti kurang percaya diri, takut produk tidak laku, sulit keluar dari zona nyaman, serta kesulitan dalam manajemen waktu.
Kini, rumah produksi Sorde berlokasi di Bogor, dan pemasarannya dilakukan melalui Gemah Ripah Nature’s Corner.
Melalui pendidikan kewirausahaan sosial yang diterimanya di SEA, Ficky tidak hanya belajar berbisnis, tetapi juga membentuk dirinya menjadi wirausahawan tangguh yang peduli pada lingkungan dan masyarakat. Sorde bukan hanya sebuah produk, tapi juga sebuah misi untuk membangkitkan kembali kejayaan pangan lokal Indonesia.
Baca juga:
Tempe Sorgum Mudah Dibuat Kaya Manfaat
Irma Rachmi
Kader Pusaka Indonesia Wilayah DKI Jakarta – Banten
Bonus Caption :
Sempat dilupakan dan pernah menjadi makanan ternak, di tangan Ficky Yusrini sorgum jadi cemilan bebas gluten dan menjadi salah satu produk favorit di Gemah Ripah Nature’s Corner. Simak perjalanan Ficky membangkitkan kembali sorgum sebagai ketahanan pangan dalam wujud cemilan lezat di toples.